Jakarta, CNN Indonesia -- Penerimaan kepabeanan dan cukai sampai kuartal III 2014 tercatat sebesar Rp 131,32 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 5,06 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 124,99 triliun. Angka ini masih dibawah target penerimaan kepabeanan dan cukai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 yang sebesar Rp 173,73 triliun atau baru memenuhi 75,59 persen dari target.
Untuk dapat memenuhi target APBNP 2014, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai perlu menggenjot penerimaan Rp 42,4 triliun lagi hingga akhir tahun ini. Susiwijono, Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menjelaskan penyebab utama masih jauhnya realisasi penerimaan dari target karena terjadi penurunan penerimaan bea keluar 10,6 persen menjadi hanya Rp 10,68 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 11,9 triliun.
"Penurunan bea keluar karena volume perdagangan Indonesia menurun. Trade volume kita hanya tumbuh 3,8 persen, lebih kecil dari tahun lalu sebesar 4,4 persen. Penurunan nilai impor mempengaruhi produktivitas manufaktur Indonesia, karena impor bahan baku manufaktur kita proporsinya sebesar 93 persen dari total impor Indonesia. Jadi kalau impor kita berkurang, ekspor juga berkurang," ujar Susiwijono di Jakarta, Kamis (13/11).
Sementara itu untuk penerimaan cukai, dia menyebutkan pencapaiannya terbilang moderat. Tidak adanya perubahan tarif cukai menyebabkan penerimaan cukai sampai September 2014 berjumlah Rp 93,94 triliun bertumbuh 7,09 persen dibandingkan angka periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 87,72 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai akhir 2014 diperkirakan penerimaan bea dan cukai tak akan memenuhi target karena kondisi ekspor impor Indonesia diperkirakan masih akan terkoreksi. Tahun depan diharapkan penerimaan akan lebih baik karena akan ada penambahan penerimaan dari cukai rokok sebesar Rp 9,5 triliun.