HARGA BBM

Jokowi Bahas BBM Setelah Kembali ke Jakarta

CNN Indonesia
Sabtu, 15 Nov 2014 14:26 WIB
Selain harga minyak mentah yang cenderung turun, Presiden Jokowi juga menyebut stok BBM dalam negeri dan faktor inflasi harus diperhitungkan kembali.
Presiden Jokowi saat ini masih berada di Australia untuk mengikuti KTT G20 dan akan kembali ke Indonesia besok. (REUTERS/G20 Australia Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sudah menginstruksikan tim ekonomi Kabinet Kerja untuk menghitung ulang besaran kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mengikuti perkembangan harga minyak mentah dunia yang melandai. Sekembalinya dari kunjungan kerja keluar negeri, Jokowi akan memimpin rapat kabinet untuk membahas hal tersebut.

"Kalau sudah sampai di Jakarta kita harus kalkulasi lagi karena kita harus mengerti harga minyak di dunia sudah turun, kalkulasinya seperti apa," kata Jokowi kepada wartawan di Brisbane, Australia dikutip dari kantor berita Antara, Sabtu (15/11).

Selain harga minyak mentah yang cenderung turun, Jokowi juga menyebut stok BBM dalam negeri dan faktor inflasi harus diperhitungkan kembali. "Kita harus melihat inflasi. Kita harus melihat stok kita seperti apa," kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank Indonesia (BI) sendiri memperkirakan efek inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi hanya berdampak sementara. "Dampak inflasi itu paling lama tiga bulan," ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.

Perry menjelaskan dalam kurun waktu tiga bulan itu, kenaikan harga barang akan langsung terjadi pada bulan pertama setelah kebijakan diterapkan. Lalu dilanjutkan dengan kenaikan tarif angkutan umum.

"Dampak kenaikan tarif angkutan tentu akan menaikkan harga barang dan jasa. Seperti di 2008, dan dampaknya kalau diukur bulan ke bulan itu 3 bulan dan bulan ke 4 kembali normal," ujar Perry.

Seberapa besar dampak kenaikan BBM ke inflasi, Perry menjelaskan itu semua tergantung dari berapa besar kenaikan harga yang diambil oleh Pemerintah. BI memprediksi setiap kenaikan Rp 1.000 per liter akan menambah inflasi 1,1-1,5 persen dan apabila Pemerintah memutuskan menaikan Rp 3.000 per liter akan menyumbang 3,9 persen ke inflasi.

"Itu tergantung seberapa besar subsidi akan ditempuh dan seberapa besar kenaikannya. Konteksnya seperti itu," kata Perry.

Namun, Perry menjamin akan ada respon yang cepat dari pemerintah dengan BI guna menekan kenaikan harga barang-barang konsumsi di tengah masyarakat. "Pengalaman tahun lalu dengan respon yang koordinatif antara BI dan Pemerintah itu dampak terhadap inflasinya jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," kata Perry.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER