Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggunakan pesawat tanpa awak atau
drone untuk mengoptimalkan upaya pengawasan terhadap kegiatan pertambangan.
"Sejak Juli lalu
drone sudah diuji coba untuk memetakan dua wilayah kerja di Kalimantan Timur. Kalau sekarang sudah dipakai untuk mengawasi kegiatan pertambangan sampai upaya reklamasi tambang," ujar Bambang Susigit, Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba di kantornya, Jumat (14/11).
Penggunaan
drone, kata Bambang, dinilai lebih efektif dibandingkan menurunkan surveyor jasa tambang untuk memetakan dan mengawasi wilayah kerja. Pasalnya, dalam satu jam
drone mampu menjelajah hingga ketinggian 300 meter dan memotret wilayah kerja hingga 200 hektare.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau orang kan paling cuma bisa memetakan kawasan seluas 10 hektare dalam sehari hari. Kalau pakai
drone dua jam sudah jadi peta," tuturnya.
Meski begitu, kata Bambang,
drone yang digunakan jajarannya merupakan pesawat sewaan. Ditjen Minerba sejauh ini belum mau merogoh kocek untuk membeli
drone mengingat harganya yang cukup mahal, sekitar Rp 500 juta per unit.
"Walaupun efektif, kendala
drone itu mudah hilang kalau tertiup angin dan cuaca. Harganya juga mahal karena pakai teknologi yang canggih dari Jerman," pungkasnya.
Sebagai informasi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperkirakan potensi penerimaan negara yang hilang dari sektor Minerba mencapai Rp 35,6 triliun dan US$ 1,79 juta atau senilai total Rp 53,5 triliun.