HARGA BBM BERSUBSIDI

JK : Koreksi Harga BBM Tidak Akan Tinggi

CNN Indonesia
Jumat, 14 Nov 2014 16:32 WIB
Sikap pemerintah melunak ihwal kebijakan harga BBM bersubsidi menyusul penurunan harga minyak mentah di pasar internasional. 
Sikap pemerintah melunak terkait kebijakan harga BBM bersubsidi menyusul penurunan harga mentah minyak di pasar internasional. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah tidak akan memaksakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang terlalu tinggi di tengah tren penurunan harga minyak mentah di pasar internasional.
 
"Tidak akan bagus dampaknya bagi masyarakat Indonesia jika pemerintah memaksakan menaikkan harga BBM dengan nominal yang terlalu tinggi. Ya tentu pemerintah sesuaikan dengan kondisi yang ada," ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam konferensi pers, Jumat (14/11).

Untuk itu, lanjut JK, pemerintah perlu menghitung ulang tingkat kenaikan harga BBM yang paling realistis dengan mempertimbangkan posisi terkini harga minyak dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Memang pemerintah harus hitung ulang karena dengan harga (minyak dunia) turun hitungannya lain lagi, tapi di saat yang sama Rupiah melemah. Jadi kami hitung kombinasinya berapa persen," katanya.

Ketika ditanya apakah kenaikan harga BBM masih dijadwalkan pada tahun ini atau akan ditunda, JK menjawab singkat. "Ya tunggu saja itu, tenang saja," ucap JK santai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada perdagangan hari ini, harga minyak mentah acuan Brent turun sebesar US$3,6 atau sekitar 4,4 persen menjadi US$77,52 per barel, yang merupakan level terendah dalam empat tahun terakhir. Harga minyak mentah di Amerika Serikat juga anjlok di level terendah setelah turun US$ 2,57 menjadi US$ 74,28 per barel.

Dongkrak Harga Barang

Wapres mengakui rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi ikut memicu kenaikan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok. Faktor lain yang dinilai JK turut menyumbang inflasi antara lain kelangkaan barang aklibat kekeringan, serta pelemahan Rupiah.

"Sembako naik itu bisa berbagai alasan. Yang pertama ini musim kering. Juga karena barang impor pengaruhi rupiah melemah, ada juga sebagian akibat perkiraan-perkiraan BBM naik," kata JK.

Menurut JK, kekeringan yang terjadi di beberapa sentra produksi pertanian menyebabkan pasokan bahan pokok terganggu sehingga terjadi kelangkaan. JK mengambil contoh harga sembako yang naik akibat kelangkaan adalah harga cabai dan sayuran.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo memperkirakan setiap kenaikan harga BBM sebesar Rp 1.000 per liter, maka akan menambah inflasi sekitar 1,3 persen. Estimasi ini berlaku pula untuk kelipatannya, di mana jika diputuskan kenaikannya sebesar Rp 3.000 per liter, maka berpotensi melonjakan inflasi sekitar 3,9 persen.

"Dengan demikian, jika inflasi tahun ini diperkirakan menyentuh batas atas dari asumsi 4,5 persen plus minus 1 persen, maka ada potensi inflasi menyentuh level 8,4 persen," tutur Agus.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER