Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia optmistis mampu membantu pemerintah menjaga kesehatan neraca transaksi berjalan melalui kebijakan moneter. Kesehatan yang dimaksud BI adalah tingkat defisit neraca transaksi berjalan tidak melampaui 3 persen.
"Transaksi berjalan yang lebih sehat itu bukan berarti yang positif, tetapi yang penting (defisitnya) antara minus 3 persen sampai minus 2,5 persen," jelas Gubernur BI Agus D. W. Martowardojo di Istana Negara, Kamis (20/11).
Transaksi berjalan yang sehat itu bukan berarti positif, tetapi yang penting antara minus 3 persen sampai minus 2,5 persenAgus D.W. Martowardojo |
Menurut Agus, kombinasi kebijakan moneter dan fiskal sudah dilakukan oleh BI dan pemerintah menyusul naiknya suku bunga acuan mengikuti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Keputusan BI menaikkan BI rate 25 basis poin, kata Agus, untuk meyakinkan publik inflasi tahun depan berada pada kisaran yang aman, 4 persen plus/minus 1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak ingin ekspektasi inflasi jadi tekanan yang mengganggu ekonomi dan kami mengharapkan juga agar upaya pemerintah dan BI untuk mencapai transaksi berjalan yang lebih sehat itu bisa diwujudkan," katanya.
Intinya, lanjut Agus, BI ingin menunjukan konsistensi kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas ekonomi makro. " Secara umum kami masih melihat pertumbuhan ekonomi 2014 bisa dikisaran 5,1 persen dan di tahun 2015 juga bisa lebih baik 5,4-5,8 persen," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III 2014 sebesar US$6,83 atau 3,07 persen dari PDB, menurun jika dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang sebesar US$8,68 miliar atau 4,07 persen PDB.