Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla sepertinya akan kembali dibuat pusing oleh harga minyak mentah dunia, menyusul rencana Pemerintah Venezuela mengurangi produksi minyak sebagai cara meningkatkan kembali harga minyak yang sempat turun menjadi US$ 80 per barel.
Menteri Luar Negeri Venezuela Rafael Ramirez mengatakan saat ini Pemerintah Venezuela tengah menyiapkan proposal untuk meminta persetujuan OPEC sehingga dapat mengurangi produksi tersebut. Proposal tersebut akan diajukan dalam konferensi OPEC di Wina pada 27 November 2014.
“Harga minyak yang adil dalam hitungan kami adalah US$ 100 per barel. Kami akan meminta OPEC menyetujui pengurangan produksi,” ujar Ramirez, dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (21/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ramirez yang merupakan menteri senior di Venezuela dan pernah menjabat sebagai Menteri Perminyakan selama 12 tahun tersebut mengatakan dengan harga minyak mentah yang kurang dari US$ 80 per barel, turun lebih dari 25 persen sejak Juni semakin membuat negara-negara produsen minyak terjepit.
“Produsen tidak tertarik harga rendah, karena tidak akan ada yang akan melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Cepat atau lambat kita akan kembali melihat harga minyak di atas US$ 100 per barel lagi,” ujar Ramirez.
Untuk mendukung usulan pemotongan produksi itu, Ramirez telah melakukan kunjungan kerja ke negara-negara anggota OPEC dan negara-negara non-OPEC seperti Aljazair, Iran, Meksiko, Qatar, Rusia, dan Arab Saudi.
Barclays memperkirakan setiap penurunan harga US$ 1 berdampak pada berkurangnya pendapatan Venezuela sebesar US$ 720 juta.