SUKU BUNGA

Langkah Berani Tiongkok Turunkan Suku Bunga

CNN Indonesia
Senin, 24 Nov 2014 05:24 WIB
Pada Jumat (21/11) lalu Tiongkok menurunkan suku bunga dan suku bunga deposito demi membangkitkan perekonomian negara tersebut.
Demi mendorong perekonomian, Tiongkok turunkan suku bunga dan suku bunga deposito. (Reuters/Jason Lee)
Beijing, CNN Indonesia -- Ekonom Tiongkok menilai bahwa penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank sentral Tiongkok (PBOC) secara tiba-tiba pada Jumat (21/11) adalah langkah berani yang mampu membangkitkan perekonomian negara terbesar kedua di dunia itu.

Dalam hampir seperembat abad terakhir, Tiongkok sendiri mengalami perlambatan ekspansi akibat beban utang yang semakin menggunung.

Seperti dikutip dari Reuters, PBOC mengatakan pihaknya memangkas suku bunga acuan satu tahun sebesar 40 basis poin menjadi 5,6 persen. Mereka juga menurunkan suku bunga deposito acuan satu tahun sebesar 25 basis poin menjadi 2,75 persen. Perubahan tersebut mulai berlaku pada Sabtu (23/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemotongan ini dilakukan Bank of China sebagai cara untuk menunjukkan adanya reformasi ekonomi dalam pemberian pinjaman bank yang tidak memberatkan para nasabah.

"Penurunan suku bunga akan membantu meningkatkan kepercayaan pada prospek pertumbuhan tahun depan," kata Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang di sidang kabinet baru-baru ini.

Beberapa pengamat ekonomi Tiongkok menilai, kebijakan penurunan suku bunga juga dipengaruhi oleh pembicaraan negara-negara kelompok G20 yang berjanji untuk menggenjot pertumbuhan global yang akhir-akhir ini melesu.

Tiongkok, tuan rumah KTT G20 pada tahun 2016, sangat ingin mempertahankan pengaruhnya sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi global.

"Tiongkok  ingin memainkan peran yang lebih besar dalam G20 dan perlu untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat," kata Zhao Xijun, seorang ekonom ternama dari Universitas Renmin.

Para pemimpin Tiongkok sendiri khawatir bahwa perlambatan ekonomi yang drastis akan mengurangi lapangan pekerjaan. Hal ini dinilai berpotensi menggoyang perekonomian negara tirai bambu itu.

"Lapangan pekerjaan memang masih ada, tapi pasti suatu saat akan terpengaruh jika perlambatan pertumbuhan masih berlanjut," kata Yin Zhongli, ekonom senior di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER