KINERJA MASKAPAI PENERBANGAN

Peroleh Laba, Kinerja Citilink Lebih Baik dari Induknya

CNN Indonesia
Senin, 24 Nov 2014 07:56 WIB
PT Citilink Indonesia, anak usaha Garuda Indonesia, membukukan laba bersih mencapai US$ 3,8 juta atau setara Rp 45,98 miliar sepanjang kuartal III tahun 2014.
Pesawat milik maskapai Citilink parkir di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumsel, Kamis (6/11). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Citilink Indonesia, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang melayani penerbangan berbiaya murah (low cost carrier/LCC) berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 3,8 juta sepanjang kuartal III 2014 atau setara Rp 45,98 miliar. Perolehan laba tersebut lebih baik dibandingkan rugi bersih yang dialami pada periode yang sama di 2013 sebesar US$ 5,6 juta atau Rp 67,76 miliar.

Namun, laba yang diperoleh Citilink tersebut jelas tidak bisa menutupi kerugian yang dialami induk usahanya sampai kuartal III 2014. Garuda tercatat membukukan rugi bersih sebesar US$ 219,54 juta atau sekitar Rp 2,65 triliun.

CEO Citilink Indonesia Arif Wibowo menjelaskan naiknya pendapatan perseroan berhasil menopang dikantonginya laba bersih pada kuartal III 2014. Pada periode tersebut, Citilink berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 114,5 juta, naik 63,33 persen dibandingkan pendapatan kuartal III 2013 sebesar US$ 70,1 juta. Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari penjualan tiket penerbangan berjadwal sebesar US$ 111,7 juta dan layanan penerbangan charter US$ 2,7 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Selama Januari-September, Citilink menerbangkan sebanyak 5,4 juta penumpang. naik lebih dari 100 persen dibandingkan jumlah penumpang selama Januari-September 2013 yaitu 2,5 juta penumpang,” ujar Arif ketika dihubungi, Senin (24/11).

Menurut Arif naiknya jumlah penumpang Citilink secara signifikan, karena perseroan mendatangkan banyak pesawat dalam dua tahun terakhir. Menurut Arif selama dua tahun, Citilink telah mengoperasikan 30 pesawat Airbus A320

Arif memastikan, Citilink akan terus berupaya meningkatkan kinerjanya sampai akhir 2014. Terutama dengan mengoptimalkan penjualan tiket saat libur natal dan tahun baru. Hal tersebut untuk dapat mengurangi rugi bersih yang masih tercatat dalam kas perseroan jika dihitung selama Januari-September 2014 yaitu sebesar US$ 19,8 juta atau sekitar Rp 239,58 miliar.

Beberapa kendala bagi Citilink untuk dapat meningkatkan laba bersihnya adalah, harga avtur yang tinggi dan depresiasi nilai tukar rupiah yang masih terjadi. “Rupiah sudah terdepresiasi mendekati 30 persen. Hal yang menjadi tantangan di industri penerbangan sekarang persaingan itu tidak linier atau berhadapan dengan sesama segmen. Kalau kondisi rupiah masih di atas 12 ribu sampai awal tahun, tantangannya lebih berat lagi tahun depan. Terutama ketika melewati Januari-April 2015 yang low season, apalagi kami akan kedatangan lima pesawat baru di periode semester I- 2015,” kata Arif.

Kinerja AirAsia

Sebelumnya, salah satu kompetitor Citilink di segmen penerbangan LCC PT Indonesia AirAsia mengantongi laba bersih kuartal III 2014 sebesar Rp 1,67 miliar. Namun perolehan laba tersebut tidak cukup untuk menutupi kerugian lebih besar yang dialami perseroan pada kuartal I dan kuartal II 2014. Laporan keuangan AirAsia menyebutkan sepanjang Januari-September 2014, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 792,91 miliar dibandingkan perolehan laba bersih Januari-September 2013 sebesar Rp 55,39 miliar.

“Kuartal I sampai kuartal III kami masih rugi,” ujar CEO Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko.

Menurut Sunu, upaya mengurangi kerugian tersebut sudah dilakukan perseroan sejak Juli 2014 dan akan diteruskan sampai akhir tahun. Beberapa langkah yang sudah dilakukan adalah menutup rute yang sepi penumpang dan menyebabkan kerugian serta menambah frekuensi penerbangan di rute yang menguntungkan.

“Kami sudah tutup penerbangan dari Ujung Pandang (Makassar), yaitu Ujung Pandang-Jakarta, Ujung Pandang-Surabaya, dan Ujung Pandang-Denpasar sehingga jumlah penerbangan yang kami layani berkurang dan kami bisa hemat avtur,” ujar Sunu.  

Pada kuartal III 2014 jumlah penerbangan yang dilayani Indonesia AirAsia turun menjadi 12.921 penerbangan, lebih rendah 15,14 persen dibandingkan penerbangan kuartal III 2013 sebanyak 15.228 penerbangan. Sementara konsumsi avtur tercatat turun 7 persen menjadi 462.875 barel dari sebelumnya 500.024 barel. Turunnya konsumsi avtur berhasil menekan 9,85 persen biaya pembelian avtur 30 pesawat yang dioperasikannya menjadi Rp 684,05 miliar dari sebelumnya Rp 758,86 miliar.

“Sementara untuk rute yang kami tambah frekuensinya adalah Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Kualanamu Medan,” kata Sunu. Sayangnya, dia enggan menjelaskan secara detil strategi yang akan dilakukan perseroan untuk bisa mengurangi kerugian sampai akhir tahun.

“Nanti saja kalau sudah di akhir tahun,” kata Sunu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER