Jakarta, CNN Indonesia -- Laut Natuna ternyata menjadi wilayah laut di Indonesia yang paling rawan dicuri hasil lautnya. Pencurian tersebut dilakukan tidak hanya oleh kapal dalam negeri yang ilegal, tetapi kapal asing ilegal pun turut merampok hasil kekayaan laut yang terletak di Barat Laut Pulau Kalimantan itu.
Berdasarkan hasil pantauan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui radar dan satelit, pada Minggu (16/11) lalu, KKP berhasil mendeteksi 70 kapal ilegal yang tidak terasosiasi dengan
Vessel Monitering System atau alat lacak kapal resmi dari KKP. Hal ini membuat Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti geram.
"Pukul 18.11 atau waktu Maghrib, kami lacak ada 70 kapal ilegal yang masuk ke Laut Natuna dengan ukuran rata-rata 50 hingga 70 GT, mereka melakukan
illegal fishing disana," ujar Susi dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (21/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut perhitungan KKP, dengan 70 kapal asing yang melakukan penangkapan ilegal pada saat itu Indonesia mengalami kerugian sekitar Rp 8 miliar dari ikan yang berhasil dicuri.
"Mereka (pencuri ikan) pikir kita bodoh, mereka kira kita tidak bisa lacak mereka. Padahal kegiatan mereka semua bisa terbaca oleh satelit kita," kata Susi.
Kendati demikian, Susi tidak mau hanya memperhitungkan kerugian material saja. Menurut pemilik PT ASI Pudjiastuti Aviation tersebut ada kerugian yang lebih besar lagi yang dialami oleh Indonesia, yakni dirampasnya kedaulatan negeri sendiri.
"Walaupun tidak bernilai uang, ini adalah kedaulatan negara yang tidak bisa ditawar, tidak bisa diremehkan, dan tidak bisa dilanggar," tegas Susi.
Bagi Susi, kedaulatan negara bukanlah permainan dan tidak bisa dikompromi. "Kita wajib tegakkan ini kalau perlu kita matikan yang begini. Itu satu hal yang tidak bisa ditawar," ujarnya.