Jakarta, CNN Indonesia -- Woori Korindo Securities Indonesia mengestimasi inflasi November 2014, dapat mengalami kenaikan dengan berada pada kisaran 1,30-1,49 persen
month on month, dan 7,73-8,05 persen
year on year dengan adanya asumsi penyesuaian terhadap imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Head of Research Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan belum selesai imbas dari kenaikan tarif dasar listik dan harga gas yang mulai diberlakukan pada pertengahan September, kini ekonomi Indonesia dihadapkan pada imbas kenaikan harga BBM.
“Kenaikan harga, terutama harga makanan dan bahan pokok lainnya mulai terjadi seiring antisipasi kenaikan BBM di November,” kata Reza dalam keterangan resmi dikutip, Senin (1/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan Reza dampak kenaikan harga BBM naik masih akan melanjutkan pengaruhnya ke kenaikan harga sejumlah barang dan menjalar ke tarif layanan jasa-jasa lainnya.
“Sementara dari neraca perdagangan, kami perkirakan akan ada kenaikan nilai ekspor meski tidak terlalu signifikan. Kenaikan ini diperkirakan berasal dari ekspor non migas,” paparnya.
Masih berlanjutnya penurunan harga minyak mentah global dan komoditas lainnya kemungkinan akan membuat nilai ekspor dari migas akan cenderung turun. Kecenderungan penurunan harga minyak dapat membuat nilai ekspor migas cenderung menurun. Begitupun dengan penurunan nilai dari bahan bakar mineral.
“Laju impor sedikit tertolong dengan masih berlanjutnya penurun harga minyak mentah dunia yang membuat nilai impor migas dapat mengalami penurunan. Akan tetapi, penurunan ini kemungkinan akan diimbangi dengan kenaikan impor dari beberapa golongan non migas,” jelasnya.
Dia memperkirakan laju nilai perdagangan berpeluang untuk kembali mencatatkan defisit namun, diharapkan dengan nilai yang berkurang sebesar US$ 123 juta hingga US$ 204 juta. Namun demikian, Reza masih berharap neraca perdagangan Oktober dapat lebih baik dari sebelumnya bahkan dapat dirilis di bawah estimasi.