INDUSTRI MIGAS

Harga Minyak Lesu, Investasi Migas 2015 Anjlok 20 Persen

CNN Indonesia
Selasa, 09 Des 2014 15:05 WIB
Rendahnya harga minyak dunia membuat banyak perusahaan migas menahan investasi di proyek hulu yang sedang dikerjakannya.
(ANTARA FOTO/Suryanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesian Petroleum Association (IPA) memperkirakan nilai investasi sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) tahun depan akan turun sebesar 20 persen menjadi US$ 25,6 miliar dibandingkan proyeksi investasi tahun ini sebesar US$ 32 miliar.

Lukman Mahfoedz, Board of Director IPA menjelaskan penurunan perkiraan investasi hulu migas tersebut terjadi karena mayoritas perusahaan minyak menahan diri untuk melakukan investasi akibat harga minyak dunia yang diperkirakan masih rendah.

“Di Indonesia sendiri, ada sejumlah major project yang delay akibat tren penurunan harga minyak. Tapi angka ini masih akan dikaji lagi," ujar Lukman di Jakarta, Selasa (9/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya di Indonesia, Lukman mengaku menerima laporan dari perusahaan konsultan ternama bahwa tahun depan proyek-proyek hulu migas besar di negara lain juga akan mengalami penundaan investasi.

“Dari laporan yang saya terima, next year ada US$ 150 miliar project minyak di dunia on hold. Ini menjadi barometer kalau iklim bisnis minyak dunia sedang menurun," kata Lukman yang juga Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk.

Dalam hitungannya, Lukman memprediksi harga minyak dunia tahun depan berada di kisaran US$ 70 per barel.

PT Medco E&P Indonesia, anak usaha Medco Energi sendiri telah memutuskan untuk tidak menambah jumlah produksi migas tahun depan akibat harga minyak yang rendah. Sepanjang 2015 mendatang, Medco menargetkan akan memproduksi migas sebesar 60 ribu barel oil equivalent per day (BOEPD) seperti target produksinya tahun ini.

"Produksi perseroan tahun depan kemungkinan sama seperti tahun ini. Kami tidak melakukan pemangkasan meskipun harga minyak rendah,” ujar Direktur Utama PT Medco E&P Indonesia Frila B. Yaman.

Dari angka 60 ribu BOEPD itu, Frila memastikan sebanyak 43 ribu BOEPD diantaranya masih berasal dari produksi domestik yang bersumber dari 14 blok yang dikelola Medco. Sementara 17 ribu BOEPD sisanya berasal dari produksi perseroan dari luar negeri seperti Yaman dan Tunisia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER