Jakarta, CNN Indonesia -- Emirsyah Satar menyatakan
mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Keputusan itu dinilai tepat oleh Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengingat perseroan membutuhkan figur baru yang bisa menata ulang bisnis penerbangan maskapai pelat merah tersebut.
"Saya pikir memang sudah dekat masa jabatannya berakhir dan memang harus masuk orang baru untuk menata ulang pendekatan bisnis garuda," ujarnya kepada CNN Indonesia, Kamis (11/12).
Said Didu menilai Emir adalah sosok profesional yang punya keahlian dalam menyelesaikan krisis perusahaan. Hal itu dibuktikan Emir dengan membawa Garuda dua kali keluar dari krisis dan kebangkrutan. Namun, Emir dinilai gagal dalam menjaga stabilitas perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia bagus untuk menyelesaikan krisis, tapi ada juga orang yang bagus me-
manage stabilitas perusahaan. Garuda itu kan puncak bagusnya itu pada 2010, tapi karena ekspansi yang terlalu cepat kini merugi," katanya.
Menurut Said, peta persaingan bisnis penerbangan saat ini berubah. Garuda dinilai terlalu cepat melakukan ekspansi di layanan penerbangan jarak jauh menggunakan pesawat berbadan lebar (
wide body) tanpa ada dukungan kuat dari negara.
"Persaingan bisnis penerbangan
wide body itu sangat kuat. Terbukti tidak ada perusahaan yang bisa bersaing melawan Etihad, Emirates, dan Turkish Airlines, termasuk perusahaan Amerika dan Eropa. Saya sudah pernah bilang hati-hati, jangan terlalu cepat ekspansi," katanya.