Jakarta, CNN Indonesia -- Harga saham berkode GIAA milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk turun 2,42 persen pada perdagangan hari ini, menyusul perombakan direksi dan komisaris.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia, harga saham GIAA dibuka pada Rp 620 per lembar saham dan sempat menguat hingga level Rp 625. Namun, dalam perjalanannya harga tersebut ditutup melemah menjadi Rp 605 per lembar saham.
Kendati demikian, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (
nett buy) 3,08 juta saham Garuda. Padahal, pada perdagangan sebelumnya, Kamis (11/12), investor asing melakukan aksi jual bersih mencapai 1,62 juta saham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apabila ditilik dari awal Desember, saham GIAA menunjukan tren positif atau menguat 27,37 persen. Adapun, jika dihitung sejak awal tahun, saham Garuda telah meningkat 21,99 persen.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia menilai pelemahan saham Garuda pada hari ini karena kebanyakan investor masih memantau prospek kinerja direksi perseroan yang baru. "Pasar mungkin agak takut. Atau kemungkinan ada juga sebagian yang tidak suka dengan jajaran direksi yang baru," ujarnya kepada CNN Indonesia, Jumat (12/12).
Satrio mengungkapkan terdapat kelompok investor yang pesimistis dengan direksi baru Garuda. Kalangan pemodal ini cenderung memihak atau lebih menyukai Erik Meijer, selaku Direktur Pemasaran Garuda sebelumnya.
"Namun, dengan kinerja yang buruk, dan kerugian terakhir yang mencapai Rp 2 triliun, Garuda memang butuh penyegaran manajemen," tuturnya.
Kendati demikian, sepanjang tahun ini, kinerja saham Garuda dinilai Satrio banyak tertolong oleh sentimen menukiknya harga minyak dunia. Manurut Satrio, hal itu bisa menjadi salah satu senjata Garuda untuk meningkatkan kinerjanya.
"
Short term harga minyak menurun, maka saham Garuda masih bakal bagus. Saham Garuda bisa saja mencapai Rp 650 per lembar atau malah anjlok ke Rp 580 jika pandangan pasar negatif," katanya.