DIREKSI BARU GARUDA

Emirsyah Satar Sangkal Salah Kelola Garuda Indonesia

CNN Indonesia
Jumat, 12 Des 2014 16:19 WIB
Menurut Emirsyah Satar, perusahaan mengambil utang untuk membiayai ekspansi dan menambah aset adalah sesuatu yang wajar.
Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar memberikan keterangan seusai bertemu dengan Menteri BUMN Rini Soemarno, terkait pengunduran dirinya. Kamis, 11 Desember 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Emirsyah Satar, mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menolak tudingan pengunduran dirinya dari jabatan Direktur Utama perseroan sebagai upaya melarikan diri dari jeratan kerugian perseroan yang terus membengkak akibat salah pengelolaan.

Emirsyah justru menilai kondisi Garuda saat ini telah berkembang pesat. "Pada saat saya masuk, aset Garuda hanya US$ 1,1 miliar. Saat ini aset Garuda nyaris US$ 3 miliar atau sekitar Rp 36 triliun," ujarnya di Jakarta, Jumat (12/12).

Dia menjelaskan, pinjaman yang diambil Garuda selama ini digunakan untuk mengembangkan bisnis dan menambah aset perseroan termasuk pembelian pesawat. “Pesawat Garuda juga bertambah pesat dari 49 unit menjadi 160 unit saat ini. Pendapatan Garuda, juga naik tiga kali lipat dari semula," kata Emirsyah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang menjabat sebagai Direktur Utama Garuda selama dua periode tersebut menjelaskan penambahan utang yang dilakukan perseroan memang harus dilakukan, sebab kapasitas Garuda dalam melayani penumpang juga semakin besar. Dia pun menilai perusahaan yang berani mengambil utang adalah perusahaan besar.

"Perusahaan yang berutang itu wajar. Tapi aset naik 2,7 kali lipat dari US$ 1,1 miliar menjadi hampir US$ 3 miliar. Utang dari US$ 800 juta sekarang US$ 1 miliar," kata Emir.

"Jadi kalau perusahaan mau besar tidak mungkin tidak ada utang, kecuali pemegang sahamnya kaya dan mau suntik modal," jelas Emirsyah.

Sementara Mantan Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu menilai keputusan Emirsyah mundur dari posisi Direktur Utama Garuda sudah tepat. Garuda menurutnya membutuhkan pemimpin baru yang bisa menata ulang strategi bisnis perseroan ke depan ditengah persaingan yang makin ketat.

Said Didu menilai Emirsyah sebagai adalah sosok profesional yang punya keahlian dalam menyelesaikan krisis perusahaan. Namun, Emirsyah dinilai gagal dalam menjaga stabilitas perusahaan.
Emirsyah bagus untuk menyelesaikan krisis, tapi tidak bisa me-manage stabilitas perusahaan.Said Didu

"Dia bagus untuk menyelesaikan krisis, tapi ada juga orang yang bagus me-manage stabilitas perusahaan. Garuda itu kan puncak bagusnya itu pada 2010, tapi karena program ekspansi yang terlalu cepat kini malah merugi," kata Said kepada CNN Indonesia, kemarin.

Menurut Said, peta persaingan bisnis penerbangan saat ini berubah. Garuda disebutnya terlalu cepat melakukan ekspansi di layanan penerbangan jarak jauh menggunakan pesawat berbadan lebar (wide body) tanpa ada dukungan kuat dari negara.

"Persaingan bisnis penerbangan wide body itu sangat kuat. Terbukti tidak ada perusahaan yang bisa bersaing melawan Etihad, Emirates, dan Turkish Airlines, termasuk perusahaan Amerika dan Eropa. Saya sudah pernah bilang hati-hati, jangan terlalu cepat ekspansi," katanya.

(Baca juga: Selama Dipimpin Emirsyah Satar, Garuda Kerap Hamburkan Duit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER