PELEMAHAN RUPIAH

Asing Tarik Modal Rp 13,24 Triliun dari Pasar Obligasi Negara

CNN Indonesia
Rabu, 17 Des 2014 08:34 WIB
Aksi jual obligasi negara oleh pemodal asing semakin masif, mencapai Rp 13,24 triliun dalam setengah bulan terakhir.
Kementerian Keuangan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi jual obligasi negara oleh pemodal asing semakin masif, mencapai Rp 13,24 triliun dalam setengah bulan terakhir.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan mencatat posisi kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh asing per 15 Desember 2014 sebesar Rp 468,96 triliun, anjlok dibandingkan posisi 1 Desember 2014 yang sebesar Rp 482,2 triliun.

Pelarian modal (capital outflow) di pasar obligasi negara terlihat sejak awal Desember. Rata-rata per hari sekitar Rp 1 triliun portfolio modal asing di SBN beralih alokasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penarikan modal asing terbesar terjadi pada Senin (15/12) lebih dari Rp 2 triliun. Kondisi tersebut selaras dengan pelemahan rupiah yang terdepresiasi 1,98 persen ke level Rp 12.714 per dolar Amerika Serikat (AS), yang merupakan level terendah sejak Juni 1998.

Kondisi pasar SBN pada Senin lalu sebenarnya sudah masuk zona "waspada". Bank Indonesia (BI) terpaksa menggelontorkan dana Rp 1,5 triliun untuk menstabilkannya dengan membeli kembali (buy back) obligasi negara dalam dua hari terakhir. Namun, upaya Otoritas Moneter tak kuasa mengurangi keperkasaan dolar AS.

"Kita kemarin beli banyak, Rp 1,5 triliun dalam satu hari. Hari ini, dari pagi tadi kita beli hampir Rp 200 miliar tapi sudah tidak ada lagi obligasi di pasar,” kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, Selasa (16/12).

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan imbas pelemahan rupiah sebenarnya sudah terasa di pasar obligasi negara ketika imbal hasil (yield) SUN naik. Menurutnya, hal ini terjadi karena aksi ambil untung para pelaku pasar.

"Yield obligasi negara Indonesia naik 76 basis poin (bps), Brazil 66,8 bps, dan Turki 78 bps," katanya.

Untuk mengantisipasi memburuknya keadaan, Bambang mengatakan pemerintah telah menyiapkan Bond stabilization Framework (BSF) sebagai instrumen stabilisasi, yang salah satunya dengan melakukan buy back obligasi negara.

"Kita juga akan dorong BUMN untuk melakukan hedging (lindung nilai) dalam transaksi mata uang asing," katanya.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER