Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Sofyan Jalil mengatakan dirinya tak ambil pusing dengan kicauan Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di twitter yang menyatakan ada beberapa pihak menyalahkan pemerintahannya atas melemahnya kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Sofyan mengaku bahwa tim ekonomi Kabinet Kerja yang dipimpinnya sama sekali tidak pernah menyalahkan kebijakan-kebijakan ekonomi di era kepemimpinan SBY.
"Sebenarnya saya tidak paham maksudnya Pak SBY itu apa. Tapi yang pasti, kami di tim ekonomi tidak pernah menyalahkan pemerintahan SBY atas apa yang kini terjadi,” ujar Sofyan di sela Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional di Jakarta, Kamis (18/12).
Sofyan menilai daripada menyalahkan pihak lain, lebih baik timnya memikirkan bagaimana caranya membenahi permasalahan ekonomi yang kini sedang dialami.
"Ada masalah lebih penting yang perlu diselesaikan. Salah satunya masalah neraca pembayaran kita yang perlu dikoreksi. Kita selama ini memang punya masalah
twin deficit, tapi hal itu akan kita coba benahi,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Kamis dini hari, SBY melontarkan kicauan di akun twitter-nya yang menyatakan bahwa ada salah seorang pejabat pemerintah menuding bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini melemah akibat kebijakan ekonomi pada masa pemerintahannya yang salah. Terutama terkait jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Tim ekonomi Kabinet Kerja memang tidak pernah menyindir kebijakan yang diambil SBY terkait rupiah. Namun
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pernah menyindir mantan atasannya tersebut terkait kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Menurut JK, SBY tidak pernah berani pasang badan mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi.
Menurut JK kondisi ini bisa terlihat dari mekanisme pengumuman yang selalu dilakukan oleh Wakil Presiden serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) semasa SBY menjabat sebagai Presiden.
"Kalau dulu yang mengumumkan kenaikan BBM itu kalau tidak saya, ya menteri. Kalau sekarang langsung Pak Jokowi seperti yang Anda lihat semalam," ujar JK sehari setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi, 18 November 2014 lalu.
JK mengatakan pengumuman kenaikan BBM oleh Presiden memiliki pesan penting yang bisa ditangkap oleh masyarakat. Dengan Presiden sendiri yang mengumumkan kenaikan BBM artinya Pemerintah siap mengambil segala risiko atas kebijakan yang diputuskan.
"Kalau dulu kan tidak langsung. Presiden cuma mau mengumumkan disaat harga BBM diturunkan," tutur JK.