Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan tambang batubara PT ATPK Resources Tbk berencana membangun pembangkit listrik (
power plant) demi menyokong kinerja perseroan. Hal tersebut dilakukan sebagai diversifikasi pendapatan, menyiasati harga komoditas batubara yang saat ini sedang anjlok.
Direktur ATPK Resources Albert J. Bangun menjelaskan dalam rencana awal, perseroan mempertimbangkan beberapa opsi pembiayaan yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit tersebut.
“Dananya dari beberapa skema. Pertama, kerja sama dengan pabrikan asing seperti Eropa, Amerika, atau China. Mereka yang menyediakan alatnya,” ujarnya di Jakarta, Kamis (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alternatif kedua, ATPK Resources membangun sendiri pembangkit tersebut kemudian pengeoperasiannya dikerjakan bersama pihak lain. Sementara yang ketiga, ATPK Resources melakukan opsi pembiayaan seperti menerbitkan obligasi, right issue dan mencari pinjaman bank untuk membangun pembangkit tersebut.
“Kami perkirakan untuk power plant dengan daya 2x25 megawatt (MW) nilai investasinya mencapai US$ 75 juta. Rencananya akan kami bangun di Kalimantan Timur,” katanya.
Hal lain yang menurut Albert masih perlu dibicarakan adalah terkait jual beli listrik yang diproduksi pembangkit tersebut dengan PT PLN (Persero).
“Pemerintah telah menunjukkan niat mempermudah investasi di bidang energi. Apalagi dengan adanya kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang bisa dilakukan secara online di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),” kata Albert.
Tambah ProduksiMeskipun harga batubara sedang anjlok, ATPK Resources tetap berencana menambah jumlah produksi batubara tahun depan. Hal ini dilakukan untuk mengompensasi penurunan harga dengan memperbanyak volume penjualan.
Albert menyebutkan perseroan menargetkan angka produksi bisa meningkat 42,04 persen menjadi 250 ribu ton batubara per bulan dibandingkan rata-rata produksi saat ini 176 ribu ton batubara per bulan.
“Kami juga menjajaki pemanfaatan teknologi pengolahan dan pemrosesan batubara dari Tiongkok dan negara-negara lain seperti Jepang,” ujarnya. Hal tersebut dilakukan perseroan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah batubara kalori rendah produksi perseroan dengan harapan dapat membuka pangsa pasar yang baru.
“Oleh karena itu kami terus mengupayakan untuk dapat melakukan produksi dan penjualan batubara hingga mencapai 3 juta ton per tahun di waktu yang akan datang,” ujarnya.
Meski begitu, Albert mengakui perkembangan harga batubara dunia yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Akibatnya sektor pertambangan batubara menjadi kurang menarik bagi dunia perbankan.
“Perpindahan penggunaan energi terbarukan memungkinkan menurunkan permintaan batubara dalam jangka panjang di masa yang akan datang,” katanya.