Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) menarik pinjaman sebesar Rp 8,5 triliun dari sindikasi bank nasional untuk mendanai sejumlah proyek pada tahun depan.
"Tapi tidak spesifik bahwa dana ini untuk proyek tertentu. Lantaran proyek PLN banyak, jadi manakala satu proyek membutuhkan pendanaan kita langsung tarik untuk dibayarkan ke proyek tersebut," ujar Direktur Utama PLN Nur Pamudji di Jakarta, Kamis (18/12).
Nur Pamudji menjelaskan pinjaman tersebut berasal dari kredit BNI senilai Rp 2,5 triliun, BRI Rp 2 triliun, serta BCA dan BII masing-masing Rp 1 triliun. Semua itu melengkapi perjanjian kredit bilateral yang diteken sebelumnya oleh PLN dan BRI sebesar Rp 2 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan ditandatanganinya kedua pinjaman bertenor 10 tahun ini menunjukkan bahwa PLN mendukung pemerintah dalam mengurangi pinjaman valuta asing," tuturnya.
Menurut Nur Pamudji, penarikan pinjaman dari perbankan nasional dimaksudkan untuk meminimalkan risiko akibat depriasi Rupiah.
Berdasarkan catatan, kebutuhan anggaran PLN pada tahun depan sekitar Rp 60 triliun, yang akan dipakai untuk memenuhi belanja modal. Anggaran tersebut rencananya akan digunakan untuk mendanai pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 10 ribu megawatt (mw), dari total kapasitas sekitar 35 ribu mw yang dicanangkan pemerintah dalam lima tahun.
Untuk itu, PLN akan mengoptimalkan kas internal sekaligus mengupayakan pembiayaan dari APBN dan penerusan pinjaman pemerintah (subsidiary loan agreement) dari beberapa lembaga donor.
"Ini juga untuk mendukung kenaikan penjualan tenaga listrik nasional yang rata-rata mencapai 8 persen per tahun," tutur Nur.