Jakarta, CNN Indonesia -- Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Riant Nugroho menilai PT Telekomunikasi Indonesia Tbk membutuhkan pemimpin yang punya inovasi, wawasan dan keberanian untuk menerobos kebekuan regulasi dan hambatan birokrasi. Direktur Utama PT Telkomsel Alex Janangkih Sinaga dinilai punya ketiga kriteria tersebut sehingga dinilai tepat untuk menggantikan Arief Yahya.
"Semoga saja Pak Alex Sinaga yang jadi Dirut Telkom karena yang bersangkutan punya pengalaman sebagai Dirut Telkomsel, yang mana 70 persen pendapatan Telkom itu berasal dari Telkomsel," ujarnya kepada CNN Indonesia (Jumat (19/12).
Riant mengatakan seorang
calon Dirut Telkom harus punya jam terbang yang cukup dalam memimpin perusahaan telekomunikasi. Dirut baru Telkom juga harus berani berinovasi dengan mengembangkan jaringan bisnis ke industri
content dan aplikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Industri telekomunikasi berpotensi menjadi bisnis raksasa dalam 20 tahun ke depan. Industri ini tidak lagi hanya bergerak di jaringan, tapi juga
content dan aplikasi. Ini pekerjaan rumah yang penting bagi Dirut baru Telkom untuk bisa menguasai ketiganya," kata Riant.
Riant tidak menganggap kandidat lain buruk, tetapi rekam jejak Alex Sinaga selama memimpin anak usaha Telkom, PT Telkomsel, menjadi nilai lebih dibandingkan calon lain. "Kandidat yang lain seperti Pak Indra Utoyo (Plt Dirut Telkom) juga bagus, tapi secara matematik yang punya kemampuan lebih di bidang telekomunikasi adalah Pak Alex Sinaga," katanya.
Riant Nugroho, yang juga Direktur Institute for Policy Reform (IPR), menjelaskan selama ini ada dua pendekatan bisnis yang dilakukan Telkom untuk meraup pendapatan, yakni bisnis organik dan nonorganik. Bisnis organik yang dimaksud Riant adalah bisnis telekomunikasi murni, seperti yang dilaksanakan oleh anak usahanya PT Telkomsel. "Bisnis organik ini menyumbang 70 persen pendapatan Telkom," tuturnya.
Sementara sisanya, lanjut Riant, Telkom mengandalkan pendapatan dari bisnis nonorganik yang merupakan aksi jual-beli korporasi afiliasi. "Bukan berarti yang
unorganic itu tidak bagus, tapi dengan peluang dan tantangan yang sangat besar tidak cukup hanya dengan mengandalkan itu," katanya.
Sebagai informasi, PT Telkom hingga kuartal III 2014 membukukan laba bersih sebesar Rp 11,44 triliun atau naik 3,5 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 11,05 triliun. Naiknya pendapatan menjadi pemicu kenaikan laba perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) sektor telekomunikasi tersebut. Pendapatan perseroan meningkat 7 persen menjadi Rp 65,84 triliun dari Rp 61,49 triliun.