Jakarta, CNN Indonesia -- Upaya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menggenjot penerimaan negara belum sesuai harapan. Realisasi setoran bea dan cukai ke kas negara hingga pekan keempat Desember 2014 baru sebesar Rp 161,3 triliun atau 92,8 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2014.
Susiwijono Moegiarso, Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai DJBC, mengklaim pencapaian tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu karena secara nominal meningkat Rp 6,3 triliun atau tumbuh 5,1 persen. Menurutnya, hanya cukai yang sejauh ini sudah melampaui ekspektasi, yakni sebesar Rp 118,1 triliun atau sekitar 100,6 persen dari target APBNP 2014.
“Cukai masih menjadi mayoritas penerimaan sampai dengan sekarang,” katanya di Jakarta, Selasa (23/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara pos penerimaan lain, lanjut Susiwijono, masih jauh dari target. Tercatat, realisasi penerimaan bea masuk sebesar Rp 32 triliun atau sekitar 89,7 persen dari target Rp 35,7 triliun. Sementara penerimaan bea keluar baru Rp 11,2 triliun atau 54,4 persen dari target Rp 20,6 triliun.
"Bea masuk dan bea keluar di bawah target karena impor turun 4,5 persen dibandingkan tahun lalu," ujarnya.
Susiwijono menambahkan melesetnya target penerimaan bea keluar tak lepas dari pengaruh larangan ekspor tambang mentah sejak awal 2014. Susiwijono menyebut PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara sebagai contoh perusahaan tambang raksasa yang setorannya menurun drastis, di mana dalam 10 bulan tahun ini hanya membayar bea keluar Rp 1,46 triliun.
Menurutnya, rencana awal ekspor tembaga Freeport untuk tahun ini sebesar 940.989 metrik ton. Namun realisasinya hanya mencapai 681.575 ton atau Rp 1,2 triliun. “Salah satu penyebabnya ekspor dari Freeport baru dimulai Agustus 2014,” jelasnya.
Selain faktor domestik, kata Susiwijono, faktor global juga ditengarai menjadi penyebab turunnya nilai bea masuk dan bea keluar. Anjloknya harga komoditas global dituding sebagai biang keladi dari pelemahan kinerja ekspor dan impor Indonesia.
"Tahun ini ekspor-impor akan turun dibandingkan tahun lalu, terutama ekspor yang terpengaruh kondisi ekonomi global terutama negara-negara yang mengalami pelambatan ekonomi seperti Tiongkok, Jepang dan India," ujarnya.