Jakarta, CNN Indonesia -- Peringkat kredit Rusia terancam melorot di tengah tekanan inflasi yang diprediksi melonjak hingga 11 persen pada akhir 2014. Kondisi ini menambah beban ekonomi pemerintahan Vladimir Putin semakin berat dalam mengatasi krisis ekonomi terburuk sejak 1998.
"Inflasi tahunan bisa mencapai 11 persen di akhir 2014, melebihi angka 10 persen untuk pertama kalinya sejak krisis finansial pada 2008/2009," ujar Asisten Presiden Rusia di bidang ekonomi, Andrei Belousov, Kamis (25/12).
Seperti dilansir Reuters, nilai mata uang Rusia, rubel, menyentuh titik terendah seiring dengan jatuhnya harga minyak dunia. Selain itu, sanksi dunia barat akibat krisis Ukraina membuat Rusia tak mungkin melakukan pinjaman dari pasar modal Uni Eropa. Kontraksi ekonomi Negeri Beruang Merah kini mengancam reputasi Putin, setelah bertahun-tahun mengalami kemakmuran di bawah kendalinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, nilai mata uang rubel kini perlahan kembali menanjak setelah pemerintah mengambil paket kebijakan untuk mengendalikan rubel dan menstabilkan inflasi. Paket kebijakan tersebut antara lain dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 17 persen dari 10,5 persen, mendorong ekspor gandum, serta mengendalikan modal yang bersifat informal.
"Suku bunga acuan telah ditingkatkan demi menstabilkan situasi pada pasar valuta asing. Masa-masa pelemahan itu, menurut kami, sudah terlewati. Rubel kini semakin menguat," ujar Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov di hadapan parlemen, Kamis (25/12). Anton juga menyatakan bahwa suku bunga akan segera diturunkan jika situasi tetap stabil.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor's (S&P) mengatakan bahwa pihaknya akan menurunkan peringkat Rusia ke predikat 'sampah' atau 'junk' pada Januari mendatang menyusul pelemahan fleksibilitas moneter.
S&P memperingatkan dalam pekan ini bahwa akan ada 50 persen kemungkinan pihaknya akan memangkas peringkat kredit Rusia dalam waktu 90 hari mendatang.
Sementara, lembaga pemeringkat Moody's juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Rusia berpotensi terkontraksi hingga 5,5 persen pada 2015 dan tiga persen pada 2016 karena pelemahan rubel serta anjloknya harga minyak.
Demi menghindari penurunan peringkat tersebut, pemerintah Rusia mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan pemeringkat kredit untuk menjelaskan aksi yang bakal ditempuh. Anton Siluanov mengatakan bahwa defisit anggaran tahun depan akan lebih besar 0,6 persen dari PDB.