INDUSTRI SAWIT

Permintaan Minyak Sawit Bakal Stagnan pada 2015

CNN Indonesia
Jumat, 26 Des 2014 12:15 WIB
Permintaan minyak sawit mentah diperkirakan stagnan pada 2015 meski produksinya berpotensi meningkat hingga 5 juta ton.
Permintaan minyak sawit mentah diperkirakan stagnan pada 2015 meski produksinya berpotensi meningkat hingga 5 juta ton..( REUTERS/Roni Bintang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Analis pasar saham dan komoditas memperkirakan permintaan pasar terhadap minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) cenderung stagnan dengan kemungkinan melemah pada 2015. Padahal, produksi CPO berpotensi meningkat hingga 5 juta ton pada tahun depan.

Analis PT KDB Daewoo Securities Indonesia Akhmad Nurcahyadi mengatakan, terlepas dari kondisi ketidakpastian aktivitas perekonomian yang telah melemahkan permintaan pasar CPO dunia, sudut pandang netral terhadap industri CPO dalam negeri tidak berubah.

"Hal itu terjadi seiring dengan potensi permintaan yang kami perkirakan cenderung terjaga pada tahun depan dan kemungkinan pelemahan," ujarnya dalam riset, Rabu (24/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan posisi Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar CPO dunia terancam. Padahal sebagai salah satu komoditas ekspor penting Indonesia, industri CPO dalam negeri telah mencatat perkembangan yang signifikan selama satu dekade terakhir.

Menurut data Kementerian Pertanian, Indonesia memiliki area perkebunan CPO seluas 8 juta hektar. Angka tersebut mengalami penaikan sebanyak dua kali lipat sejak 2000 dan diperkirakan akan mencapai 13 juta hektar pada 2020.

"Produksi masih berpotensi mengalami kenaikan sebanyak 5 juta ton per tahun dan diperkirakan mencapai angka 40 juta ton pada 2020, atau tumbuh hampir dua kali lipatnya bila dibandingkan dengan data per 2013 sebanyak 27 juta ton," kata Akhmad.

Meskipun demikian, Akhmad menilai dan mengakui pergerakan harga dan kondisi industri masih belum sepenuhnya pulih. Bahkan, menurutnya kenaikan harga CPO yang terjadi di Malaysia dinilai tidak akan berlanjut hingga akhir tahun depan.

"Harga masih akan terkoreksi sebelum berpotensi mengalami kenaikan akibat penerapan kebijakan baru pemerintah Malaysia," ujarnya.

Akhmad mengatakan harga CPO untuk pengiriman Februari 2015 naik mencapai 2.210 ringgit per ton. Adapun pasar Indonesia menurutnya masih akan bergantung pada pemulihan pasar China dan India.

Di sisi lain, Akhmad juga melihat potensi terjaganya pertumbuhan dan potensi perbaikan permintaan atau ekspor yang dipicu oleh penerapan zero tariff export. Hal itu telah mendorong lonjakan ekspor CPO pada Oktober lalu.

"Terlepas dari berhasil atau tidaknya kebijakan tersebut mendorong permintaan dari pasar, kami juga melihat kondisi yang sama di Malaysia yang telah memperpanjang kebijakan pembebasan pajak ekspor CPO hingga Februari 2015," ujarnya.

Adapun pada tahun depan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi CPO akan mencapai 32.5 juta ton.

"Dengan perkiraan pergerakan harga CPO pada rentang US$ 740 per ton hingga US$ 800 per ton, investor sebaiknya tetap mencermati pergerakan saham perusahaan CPO pada 2015," ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER