BBM BERSUBSIDI

Faisal Basri: Tolak Pertamax Seharga Rp 8.500 itu Aneh

CNN Indonesia
Sabtu, 27 Des 2014 14:42 WIB
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri menyebutkan masih banyak orang yang menolak wacana penghapusan premium.
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Migas Ibrahim Hasyim (kanan) menyampaikan pendapatnya disaksikan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kiri) saat diskusi di Jakarta, Sabtu (27/12). (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan pihak yang menolak wacana pengalihan bahan bakar minyak (BBM) Premium ke Pertamax dengan harga Rp 8.500 per liter patut dipertanyakan.

"Saya kira orang yang tidak setuju beli BBM dengan kadar oktan RON 92 dengan harga Rp 8.500 per liter itu aneh," ujar Faisal di Jakarta, Sabtu (27/12).

Dia menjelaskan, proses pembentukan harga BBM Premium dengan kadar oktan RON 88 dinilai tidak jelas dan tidak berlandaskan dinamika pasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasar BBM RON 88 itu tidak ada. Kemudian ditentukan rumus yang aneh-aneh. Terkaan harganya melalui nilai Pertamax 92 yang dicampur nafta ditambah ongkos distribusi dan margin," katanya.

Faisal mengatakan penetapan harga tersebut dilakukan di ranah privat yang tidak bisa dijangkau oleh publik. Hal tersebut menyebabkan para mafia migas muncul dan berkembang.

"Cara paling mudah untuk menyingkirkan setan-setan mafia adalah dengan membuat ruang yang terang. RUang yang terbuka dan bisa dilihat semua orang," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, sebelumnya sudah banyak yang tahu mengenai adanya mafia migas. Menurutnya dulu sempat terdapat kecurigaan dari tim bentukan DPR yang berasal dari empat universitas.

"Tapi dulu kan harga minyak masih tinggi. Tidak seperti sekarang yang sudah anjlok," kata Faisal.

Di sisi lain, Ketua II DPP Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Dan Gas (Hiswana Migas) M. Ismeth mengatakan jika pemerintah beralih ke distribusi bensin dengan RON 92, maka mobil mewah juga akan memakai BBM bersubsidi.

"Jangan sampai yang kaya juga ikut disubsidi," ujarnya.

Menurutnya, jika pemerintah tetap menggunakan RON 88, maka merupakan perlindungan terhadap usaha milik negara. Alasannya karena pesaing Pertamina tidak memiliki kesempatan menjual RON 88.

"Selain itu, tidak semua orang perlu bensin dengan RON 92. Mobil-mobil tua tidak perlu RON 92," kata Ismeth.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER