Manajemen PT PLN (Persero) mengaku tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk menutupi kebutuhan investasi dan belanja modalnya tahun depan yang diperkirakan mencapai Rp 60 triliun. Hal ini akibat adanya penolakan sejumlah kreditor yakni World Bank dan Asian Development Bank (ADB) yang selama ini menjadi sumber dana perseroan.
"Memang betul ADB dan World Bank tidak lagi mau mendanai PLTU (Pembangkit Listrik Tenga Uap) batubara yang selama ini menjadi fokus PLN. Untuk itu PLN akan mengarahkan pendanaan dari kedua bank pembangunan itu untuk infrastruktur transmisi," ujar Direktur PLN Murtaqi Syamsyddin kepada CNN Indonesia, Jumat malam (26/12).
Penolakan bank yang memiliki pusat bisnis di Amerika Serikat (AS) itu dilatarbelakangi karena proyek PLTU dinilai tak ramah lingkungan akibat limbah yang dihasilkan. Selain itu, program Pemerintah AS yang tengah menggalakkan penggunaan gas turbin juga disinyalir menjadi alasan lain. Sebagai siasat, PLN diketahui akan menjalankan sejumlah skenario agar kedua bank tersebut masih mau mengucurkan dana pinjamannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pinjaman bank luar negeri, Murtaqi bilang, komposisi belanja modal PLN tahun depan juga berasal dari sejumlah sumber seperti sindikasi bank-bank nasional. Pekan lalu, perusahaan listrik pelat merah ini menarik fasilitas pinjaman sebesar Rp 8,5 triliun dari BRI, BNI, BII, dan BCA dengan tenor berkisar 10 tahun. Untuk menutupi kekurangan belanja modal sekitar Rp 51,5 triliun manajemen diketahui juga sedang menyiapkan skema pendanaan lain.
Beberapa opsi diantaranya meliputi kas internal, penerbitan surat utang (obligasi) berikut sukuk, pemakaian subsidiary loan agreement (SLA) hingga pinjaman luar negeri. "Belum diputuskan karena kebutuhan pendanaan harus dihitung secara cermat. Tapi yang pasti PLN lebih menyenangi pendanaan dengan tenor panjang dan rate rendah seperti yang disediakan oleh bank-bank pembangunan seperti ADB, IBRD, KFW dan JICA," terang Murtaqi.
Berdasarkan catatan, total liabilitas PLN sampai September 2014 tercatat sebesar Rp 471,06 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 462,64 triliun atau naik 9,02 persen. Sementara kas PLN sampai akhir periode kuartal III 2014 tersebut tercatat hanya sebesar Rp 24,67 triliun.