Jakarta, CNN Indonesia -- Terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden ternyata sangat berpengaruh ke pasar modal. Nyatanya, saham sektor kelautan dan perikanan mampu melonjak tinggi setelah Jokowi mengumandangkan pembentukan Negara Poros Maritim. Padahal selama ini industri tersebut tidak banyak dilirik investor.
Tengok saja saham PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk (TMAS). Sejak awal tahun hingga Rabu (24/12) harga saham perusahaan jasa pelayaran dan logistik ini telah melompat 950 persen. Bayangkan saja berapa besar keuntungan para pemegang saham tersebut.
Kemudian, posisi kedua ditempati oleh PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) yang sejak awal tahun hingga perdagangan Rabu (24/12) naik 381,9 persen. PT Samudera Indonesia juga bergerak di sektor angkutan moda transportasi laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan penguatan saham-saham sektor kelautan dan perikanan tersebut memang terkait euforia pasar dalam melihat visi Jokowi mewujudkan Negara Poros Maritim dengan jalan membangun tol laut.
“Untuk jangka pendek, saham tersebut memang menjadi idola. Namun perlu kita lihat keseriusan pemerintah dalam sektor tersebut nantinya. Bagaimana
progress tol laut juga perlu dilihat,” ujar Satrio kepada CNN Indonesia.
Sementara itu, Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan naiknya harga saham industri kelautan dan perikanan memang terkait momentum adanya program Jokowi yang berfokus ke tol laut.
“Namun, untuk jangka panjang, saya kira sektor yang bakal positif adalah konstruksi, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal itu terkait pembangunan infrastruktur untuk mendukung visi Jokowi tersebut seperti dermaga dan lainnya,” katanya.
Meski begitu, terdapat juga saham kelautan yang terpuruk pada tahun ini. Saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) adalah salah satu saham dengan performa terburuk pada 2014. Sejak awal tahun, saham tersebut telah anjlok 84,4 persen.
“Untuk TRAM, saya kira hal itu terkait masalah perseroan yang dinyatakan gagal bayar utang. Apalagi perseroan juga tersangkut kasus penyelundupan minyak,” kata Reza.
Lebih lanjut, posisi kedua saham dengan performa terburuk diduduki oleh perusahaan milik grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Sejak awal tahun, saham perusahaan tambang batubara ini telah jeblok 76,33 persen.
Satrio menilai, saham BUMI terpuruk karena investor memandang perseroan masih memiliki tabiat buruk dalam mengelola utang. Dia mengatakan, setelah melakukan aksi korporasi right issue, Bumi Resources sempat menyatakan bakal lebih berhati-hati dalam berutang.
“Namun, nyatanya BUMI juga masih seperti itu. Ngutang terus sana-sini,” ujarnya.
Senada, Reza mengatakan bahwa investor memandang negatif upaya restrukturisasi utang perseroan. Terlebih, lanjutnya, harga komoditas batubara juga sedang mengalami pelemahan yang tajam pada tahun ini.