INDUSTRI PERBANKAN

Dipegang Investor Baru, Bank Mutiara Bidik Laba Rp 48 Miliar

CNN Indonesia
Selasa, 30 Des 2014 17:31 WIB
Pemegang saham baru Bank Mutiara, J-Trust Co. Ltd ingin perusahaan yang baru dibelinya tersebut bisa langsung menghasilkan untung di tahun pertama.
Direktur Utama PT Bank Mutiara Tbk Ahmad Fajar (ketiga kiri) dan Komisaris Utama Nobiru Adachi (kedua kiri) bersama jajaran komisaris dan direksi. (ANTARA FOTO/Audy Alwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mutiara berani menargetkan laba hingga Rp 48 miliar di tahun depan. Perseroan juga berencana melakukan recovery asset yang saat ini tersisa sekitar Rp 2 triliun.

“Pihak Jepang (J-Trust Co. Ltd), selaku pemegang saham terbanyak maunya langsung untung. Untuk 2015 targetnya masih konservatif, sekitar Rp 48 miliar laba setelah pajak,” ujar Direktur Utama Bank Mutiara yang baru terpilih Ahmad Fajar di Jakarta, Selasa (30/12).

Dia menambahkan selain dari recovery asset, pihaknya juga bakal terus mengandalkan pendapatan bunga. “Saat ini recovery rate Bank Mutiara sebesar 45 persen dari total kredit macet yang mencapai sekitar Rp 3 triliun,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, Ahmad menilai penjualan aset atas kredit macet lama bakal tidak mudah. Ahmad mengatakan penjualan aset yang berbentuk surat berharga merupakan yang paling sulit untuk direalisasikan.

“Namun Bank Mutiara akan melakukan write off surat berharga tersebut jika sudah jatuh tempo,” katanya.

Ahmad juga menyatakan kemungkinan dari J-Trust, selaku pemegang saham terbesar agar membentuk perusahaan asset management untuk membeli dan mengelola surat berharga peninggalan pemegang saham lama Robert Tantular ketika bank tersebut masih bernama Bank Century.

Dia yakin manajemen tetap bisa menyelesaikan masalah kredit macet lama tersebut. Apalagi, kata dia, saat ini Bank Mutiara sudah dikuasai pihak swasta. Menurutnya saat masih diambil alih Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Bank Mutiara kesulitan menjual aset dari kredit lama.

“Apalagi, jika aset tersebut terjual murah dan nantinya bakal dianggap merugikan negara," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER