INDUSTRI PERBANKAN

Pendapatan Bunga Bank Diprediksi Tumbuh 12 Persen pada 2015

CNN Indonesia
Minggu, 04 Jan 2015 17:29 WIB
Pengamat menilai tingginya suku bunga acuan dan pelemahan konsumsi swasta bakal membuat pendapatan bunga perbankan melambat menjadi 12 persen pada 2015.
Petugas melayani transaksi setoran nasabah di Bank Mandiri cabang Pertamina UPMS III Jakarta, Jumat (26/12). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai tingginya suku bunga acuan dan pelemahan konsumsi swasta bakal membuat pendapatan bunga bersih perbankan melambat, dari 14 persen pada 2014 menjadi 12 persen pada tahun ini. 

Sebenarnnya, perbankan Indonesia menutup tahun 2014 dengan catatan yang sangat tinggi. Indeks JAKFIN, yang jadi salah satu indikator pergerakan saham perbankan, naik 35 persen sepanjang tahun lalu dan mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan lebar margin 14 persen.

“Jika sejarah adalah panduan, kemungkinan besar sektor perbankan bakal mengalahkan IHSG kembali pada 2015,” ujar analis PT Macquarie Capital Securities Indonesia Nicolaos Oentung dalam riset yang diterima, Minggu (4/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang, lanjutnya, sejak Indeks JAKFIN dimulai pada 1995, dua digit pertumbuhan telah diikuti oleh kinerja yang kurang. Ada kecenderungan pola mengulang, karena sebagian besar kinerja harga saham bank pada tahun 2014 berasal dari perolehan harga saham semata, sedangkan pendapatan terus melambat dan prospek belum membaik.

“Kami pikir dua tekanan utama pendapatan bank untuk 2015 terkait kondisi kredit yang masih lemah, suku bunga acuan yang tinggi, dan persaingan deposito. Selain itu tekanan kualitas aset karena melambatnya pertumbuhan konsumsi swasta dan pelemahan di sektor pertambangan,” ujarnya.

Nicolaos menilai, bank mampu menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih 15-20 persen di situasi yang kuat dengan suku bunga rendah dan pertumbuhan kredit yang tinggi, tetapi untuk 2015 pendapatan bunga bersih diprediksi melambat menjadi 12 persen.

“Kualitas aset juga bakal mengalami pelemahan lebih lanjut karena konsumsi swasta mulai melambat, yang akan meningkatkan tingkat kredit macet dalam sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan, yang merupakan bagian penting dari kredit perbankan,” kata Nicolaos.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER