INDUSTRI PENERBANGAN

Pasca Evakuasi, Indonesia AirAsia Lakukan Rebranding

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Kamis, 08 Jan 2015 13:20 WIB
Insiden kecelakaan QZ8501 dinilai telah meruntuhkan citra perusahaan sebagai maskapai LCC yang aman, sehingga harus dilakukan perubahan.
Komisaris PT Indonesia AirAsia Dharmadi (tengah) saat mendampingi CEO AirAsia Group Tony Fernandes saat Launching CIMB Niaga AirAsia Big Card di Hotel Intercontinental Jakarta beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Indonesia AirAsia menilai insiden kecelakaan pesawat Airbus A320-200 nomor penerbangan QZ8501 telah meruntuhkan citra perusahaan sebagai maskapai penerbangan murah (low cost carrier/LCC) yang aman di benak masyarakat Indonesia. Untuk menghilangkan kesan tersebut, AirAsia akan melakukan rebranding bisnis penerbangan yang dilayaninya pasca proses evakuasi dan krisis QZ8501 tuntas dilakukan.

“Kami yakin akan keluar dari krisis ini. Setelah semua selesai, kami akan kembali melakukan rebranding karena peristiwa kecelakaan ini jelas membuat brand kami terpuruk," kata Dharmadi, Komisaris AirAsia ketika dihubungi, Kamis (8/1).

Mantan Presiden Direktur Indonesia AirAsia ini enggan mengelaborasi secara detil rencana rebranding yang akan dilakukan perseroan. Menurutnya tidak etis berbicara bisnis di tengah krisis yang masih terjadi. Menurut Dharmadi, manajemen perseroan akan menyampaikan rencana detilnya pada saat yang tepat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tetapi kejadian ini menjadi pelajaran bagi kami untuk lebih meningkatkan aspek keselamatan penerbangan, selain kuantitas dan kualitas pelayanan kepada penumpang,” ujarnya.

Sesuai definisi, rebranding merupakan strategi pemasaran suatu perusahaan dengan menggunakan nama baru, slogan, simbol, desain, atau kombinasi dari semua itu dari sebuah merek dagang yang sebelumnya sudah mapan.

Hal tersebut umumnya dilakukan untuk memberikan orientasi identitas yang berbeda di benak pelanggan, investor, sampai kompetitor. Rebranding juga bisa dilakukan untuk menjauhkan perusahaan dari konotasi negatif merek yang digunakan sebelumnya.

“Saat ini fokus kami adalah mencari dan mengevakuasi korban. Kami akan menangani krisis ini sebaik mungkin demi kepentingan keluarga para penumpang. Setelah itu baru kita bicara rebranding,” kata Dharmadi.

Dia mengaku bersyukur, insiden QZ8501 tidak membuat para penumpang setia AirAsia beralih ke maskapai lainnya. “Musibah ini tidak menyurutkan minat penumpang untuk tetap setia terbang bersama pesawat kami. Dari segi bisnis, load factor penumpang pun tidak turun drastis, masih di kisaran 79 persen,” ujar Dharmadi.

Pulihkan Kinerja 

Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe meyakini bahwa Indonesia AirAsia masih akan mampu meningkatkan kinerjanya.

“Meski tidak menambah armada, tetapi outlook industri penerbangan masih menjanjikan asalkan mereka bisa memaksimalkan rute yang ada. Yang jadi fokus sekarang adalah kurs dan harga minyak mentah yang belum jelas,” kata Kiswoyo.

Laporan Keuangan kuartal III 2014 AirAsia Berhad, pemegang 49 persen saham Indonesia AirAsia menyebutkan, sepanjang Juli-September 2014 anak usahanya tersebut berhasil memperoleh pendapatan Rp 1,71 triliun, naik 6,21 persen dibandingkan periode yang sama di 2013 sebesar Rp 1,61 triliun.

Naiknya pendapatan Indonesia AirAsia justru bisa diperoleh ketika jumlah penumpang yang diterbangkannya selama tiga bulan di kuartal III mengalami penurunan 10,24 persen menjadi 1,84 juta penumpang. Sementara jumlah penumpang kuartal III 2013 tercatat sebanyak 2,05 juta penumpang.

Turunnya jumlah penumpang tersebut akibat jumlah penerbangan yang dilayani Indonesia AirAsia turun menjadi 12.921 penerbangan, lebih rendah 15,14 persen dibandingkan penerbangan kuartal III 2013 sebanyak 15.228 penerbangan.

Kebijakan mengurangi jumlah penerbangan yang tidak menguntungkan atau sepi penumpang menjadi bagian strategi manajemen untuk menekan biaya operasional yang meningkat. Strategi tersebut terbukti berhasil menorehkan laba bersih pada kuartal III 2014 sebesar Rp 1,67 miliar. Meskipun belum bisa menutupi kerugian lebih besar yang dialami perseroan pada kuartal I dan kuartal II 2014.

Laporan keuangan Indonesia AirAsia menyebutkan sepanjang Januari-September 2014, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 792,91 miliar dibandingkan perolehan laba bersih Januari-September 2013 sebesar Rp 55,39 miliar.

“Kuartal I sampai kuartal III kami masih rugi. Kami sudah tutup penerbangan dari Ujung Pandang (Makassar), yaitu Ujung Pandang-Jakarta, Ujung Pandang-Surabaya, dan Ujung Pandang-Denpasar sehingga jumlah penerbangan yang kami layani berkurang dan kami bisa hemat avtur,” ujar Sunu Widyatmoko, Presiden Direktur Indonesia AirAsia ketika dihubungi beberapa waktu lalu. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER