Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menilai inflasi tinggi yang terjadia pada akhir 2014 bukan hanya karena imbas dari kenaikan harga premium dan solar, melainkan ada permasalahan mendasar di sektor logistik dan tata niaga. Hal ini yang membuat inflasi di Indonesia mengalami anomali jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat maupun Filipina.
"Presiden punya contoh yang menarik. Di Indonesia ini aneh, katanya. Kalau mau lebaran, Natal atau musim libur harga-harga naik, sedangkan di AS, saat Natal terutama, itu mulai dari bulan Thanksgiving pada akhir November hingga Natal Desember, justru harga-harga turun karena mulai masa sale dan diskon," ujar Menkeu ketika berkunjung ke kantor CNN Indonesia, Jumat (9/1).
Bambang menjelaskan kecenderungan harga turun di AS menjelang libur dan hari raya besar karena para pedagang di Paman Sam memanfaatkan momentum peningkatan permintaan dengan memberikan diskon. Sebaliknya, mayoritas pedagang di Indonesia justru menimbun barang agar terjadi kelangkaan dan harga jualnya naik sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau logistik dan tata niaga benar, seharusnya kalau Lebaran terjadi sale karena produsen tahu pada saat itu konsumen mau meningkatkan pengeluaran untuk membeli barang-barang yang sebelumnya terbatas saja konsumsinya," tuturnya.
Menkeu tidak menampik kalau kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada November 2014 menyebabkan inflasi melonjak pada akhir 2014. Namun, ada faktor non-moneter dan non-fiskal yang selama ini membuat inflasi di Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara lain.
"Kenapa inflasi Indonesia kalau dalam kondisi paling bagus antara 4,5-5 persen, belum bisa seperti Filipina yang bisa 2-3 persen. Jawaban utamanya logistik dan tata niaga. Kalau biaya pengangkutan mahal, otomatis harga komoditas menjadi mahal. Tanpa harga bensin naik pun dengan biaya logistik yang begitu tinggi maka barang yang mempengaruhi inflasi akan susah turun harganya," jelas Menkeu.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan hasil pantauan di 82 kota pada Desember 2014 terjadi inflasi sebesar 2,46 persen. Sementara sepanjang Januari-Desember 2014 tercatat inflasi sebesar 8,36 persen atau melapaui target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 yakni sebesar 5,3 persen.
(ags/ags)