Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari hulu migas bakal rendah. Itu lantaran lemahnya harga minyak dunia, di bawah US$ 50 per barel.
SKK Migas memprediksi PNBP dari hulu migas tahun ini hanya mencapai US$ 6,6 miliar atau sekitar Rp 82 triliun. Padahal tahun 2014 realisasi PNBP dari hulu migas mencapai Rp 320,25 triliun.
“Ini kalau rata-rata harga minyak dunia berada di US$ 40 per barel. Kalau harga (minyak) di US$ 70 per barel, penerimaan negara mencapai US$ 14,9 miliar," kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi di Jakarta, Senin (19/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amien bilang, pelemahan harga minyak dunia juga diyakini akan mengurangi biaya operasi dan pengembangan kontraktor kontrak kerjasama (KKKS). Tahun ini, SKK Migas memperkirakan dana investasi hulu migas nasional hanya berkisar US$ 15,8 miliar hingga US$ 18,9 miliar.
Angka itu turun sekitar US$ 3,54 miliar dari realisasi investasi tahun lalu di kisaran US$ 19,34 miliar. "Kami melihat tahun ini harga minyak masih rendah. Jadi asumsi ini bisa memberi gambaran terkait dampak pelemahan harga minyak dunia," tuturnya.
Adapun tahun ini regulator hulu migas tersebut memprediksi produksi minyak nasional berada di angka 849.000 barel per hari (bph) dan gas di kisaran 6,592 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Menanggapi hal tersebut, anggota komisi VII DPR RI, Kurtubi mengatakan sudah saatnya pemerintah melakukan sejumlah strategi guna menyiasati tren pelemahan harga minyak.
"Pemerintah harus bisa meningkatkan cadangan minyak yang saat ini diketahui terus turun. Di samping pemerintah juga harus memperbaiki sistem agar upaya penyimpangan bisa ditekan dan kegiatan hulu migas bisa lebih menguntungkan negara," tuturnya.
(ded/ded)