Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia turun tajam sejak titik tertingginya di Juni 2014 lalu. Pagi tadi harga minyak Brent sudah mencapai US$ 48 per barel. Meski menguntungkan masyarakat karena harga jual bahan bakar minyak (BBM) menjadi murah, namun penurunan harga minyak berpengaruh negatif bagi Pemerintah Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan meski beban subsidi BBM sudah tidak terlalu besar, namun penurunan harga minyak dipastikan mengganggu penerimaan negara. (Baca juga:
Solar Tetap Disubsidi Hingga Rp 17 Triliun).
"Di satu pihak, menurunnya harga minyak dunia bagus bagi konsumen. Tapi di sisi lain, pendapatan negara juga berkurang," jelas Sofyan di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (15/1).
Sofyan menjelaskan, Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2015 yang diajukan pemerintah menggunakan asumsi harga minyak US$ 70 barel. Padahal sekarang harga minyak dunia sudah di bawah US$ 50 per barel. Ini membuat penerimaan negara di sektor migas bakal menurun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(gen)