ANGGARAN NEGARA

Sulit Tercapai, Target Lifting Minyak Diusulkan Turun

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Rabu, 21 Jan 2015 16:28 WIB
Pemerintah mengusulkan adanya perubahan target lifting minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Perubahan 2015.
Ilust
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan adanya perubahan target lifting minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Perubahan 2015.

Dari target 900.000 barel per hari (bph) dalam APBN 2015, Kementerian yang dipimpin oleh Sudirman Said itu meminta agar target lifting diturunkan menjadi 849.000 bph.

"Angka ini didapat setelah SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) melakukan prognosa atas produksi minyak di 2015. Ini sudah menghitung proyek yang onstream tahun ini berikut penurunan produksi di beberapa sumur," ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, I Nyoman Wiratmaja, di Jakarta, Rabu (21/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka 849.000 bph itu, kata Wiratmaja, didominasi dari beberapa lapangan minyak yang dikelola oleh PT Chevron Pasific Indonesia sebesar 280.000 bph, PT Pertamina EP sekitar 128.390 bph, Mobil Cepu berkisar 99.642 bph, serta Total E&P Indonesie sebesar 62.679 bph, dan PHE ONWJ sebanyak 41.300 bph.

"Pemerintah juga mengusulkan agar lifting gas bumi dipatok pada angka 1.177.000 barel setara minyak per hari (boepd)," kata Wiratmaja pada saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR.

Wiratmaja mengatakan angka lifting gas 2015 sendiri berasal dari lapangan-lapangan yang dikelola oleh Total E&P Indonesie sebesar 246.000 boepd, BP Tangguh sekitar 180.000 boepd, ConocoPhilips Grissik berkisar 165.000 boepd, Pertamina EP sekitar 152.000 boepd, dan Conocophilips Natuna mencapai 58.000 boepd.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengatakan DPR ingin agar angka-angka yang nantinya dicantumkan dalam APBN Perubahan 2015 merupakan angka yang paling realistis. Ini termasuk juga target lifting migas karena hal tersebut akan terkait dengan anggaran untuk negara.

"Kalau lifting tidak tercapai tentunya pendapatan bisa turun. Apalagi ketika harga minyak sedang jatuh seperti sekarang," kata Kardaya. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER