Kendati Harga Anjlok, Produksi Sawit Nasional Tetap Tumbuh

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 30 Jan 2015 13:35 WIB
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan ekspor CPO tahun ini mencapai 22,3 juta ton, tumbuh sekitar 2 persen dari perolehan 2014.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan ekspor CPO tahun ini mencapai 22,3 juta ton, tumbuh sekitar 2 persen dari perolehan 2014. (REUTERS/Roni Bintang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi produksi minyak sawit dan turunannya mencapai 33,1 juta ton pada tahun ini atau tumbuh 5,08 persen dibandingkan perolehan tahun lalu 31,5 juta ton. Kendati secara volume tumbuh, tetapi nilai ekspor crude palm oil (CPO) kemungkinan tidak meningkat signifikan karena faktor penurunan harga jual.

"Sebenarnya kalau disuruh prediksi kami tidak bisa prediksi karena kan produktivitas kelapa sawit ini fluktuatif. Namun, hitung-hitungan kami menilai bahwa produksi bisa mencapai 33,1 juta ton," Sekretaris Jenderal Gapki Joko Supriyono di kantornya, Jumat (30/1).

Seiring dengan meningkatnya produksi, Joko berharap volume ekspor CPO turut meningkat sekitar 2 persen. Ekspor CPO tahun ini diperkirakan Gapki mencapai 22,3 juta ton atau 67,3 persen dari total produksi, sedangkan sisanya 10,8 juta ton (32,6 persen) untuk konsumsi domestik.

Kendati demikian, Joko pesimistis meningkatnya volume ekspor akan disertai dengan pertambahan nilai ekspor secara signifikan menyusul anjloknya harga komoditas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, sepanjang 2014 harga rata-rata CPO berada di angka US$ 818,2 per metrik ton atau turun 2,8 persen dibandingkan dengan harga rata-rata tahun sebelumnya US$ 841,71 per metrik ton. Selama Oktober hingga Desember 2014, harga CPO berada di bawah US$ 750, yang merupakan batas bawah pengenaan bea keluar bagi komoditas CPO.

"Namun meski harga kini terbilang rendah, industri kami masih bisa memertahankan pertumbuhan ekspor. Pada tahun 2014 volume ekspor kami mencapai 21,76 juta ton, atau naik 2,5 persen dibanding tahun 2013 yang angkanya mencapai 21,22 juta ton," tambahnya.

Gapki berharap, lanjut Joko Supriyono, pemerintah mengkaji ulang sejumlah regulasi yang menghambat produksi CPO. Selain itu, Gapki juga menuntut kepastian hukum, terutama menyangkut masalah tumpang tindih perizinan lahan yang penyelesaiannya memakan waktu yang cukup lama.

"Masalah tumpang tindih lahan masih menjadi momok karena banyak kebun-kebun lama yang sudah hak guna lahan banyak mengalami masalah tumpang tindih dengan kawasan hutan. Hal ini menghambat produksi karena kami belum bisa menggunakan lahan tersebut. Semoga ini bisa terselesaikan tahun ini," tuturnya.

(ags/ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER