Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan lebih agresif dalam meningkatkan penjualan tiket sepanjang tahun ini. Direktur Komersial Garuda Indonesia Handayani mengatakan maskapai yang baru masuk kategori bintang lima versi Skytrax ini menargetkan pertumbuhan penjualan tiket meningkat sekitar 30 persen dari realisasi tahun lalu.
"Tahun ini memang kami melakukan banyak kegiatan pemasaran yang fokusnya adalah lebih menggerakkan pendapatan melalui sales yang lebih agresif dan secara biaya lebih hemat,” ujar Handayani di Jakarta, Kamis (29/1).
Mantan Direktur Alternative Channel AXA Mandiri tersebut memang tidak menyebutkan secara spesifik angka target pendapatan dari penjualan tiket tersebut. Namun kontribusi penjualan tiket selalu menyumbang lebih dari 90 persen terhadap total pendapatan Garuda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai kuartal III 2014, Garuda membukukan pendapatan US$ 2,8 miliar terdiri dari pendapatan penjualan tiket penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal sebesar US$ 2,58 miliar dan pendapatan lain-lain US$ 220,38 juta. Selama sembilan bulan di 2014 tersebut, penjualan tiket berkontribusi 92,14 persen terhadap total pendapatan Garuda.
Sementara pada 2013 dari total pendapatan usaha yang berhasil dikumpulkan US$ 3,71 miliar, penjualan tiket memberi kontribusi 91,09 persen atau US$ 3,38 miliar.
“Industri pariwisata yang tengah berkembang akan membantu Garuda meningkatkan penjualan tiket. Ada banyak rute penerbangan domestik ke daerah wisata yang akan kami buka,” ujar Handayani.
Selain menerapkan strategi konvensional membuka rute baru dan menambah jumlah pesawat yang dioperasikan, Handayani menilai Garuda masih bisa mengoptimalkan penjualan tiket dengan dua strategi. Pertama adalah memperbanyak jumlah pelanggan korporat dan meningkatkan penjualan melalui layanan e-commerce.
Terakhir kali atau tepatnya pada 16 Januari lalu, Garuda membuat perjanjian kerjasama penerbangan korporat dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Melalui kerjasama ini Garuda akan melayani penerbangan bagi seluruh karyawan BRI dan keluarganya dengan harga tiket lebih rendah.
"
Partnership dengan mutinational company juga menjadi penting karena mereka juga banyak
business meeting yang bisa kita layani penerbangannya,” kata Handayani. Sampai akhir 2015, Garuda menargetkan jumlah pelanggan korporat bisa mencapai 2.500 perusahaan atau bertambah 100 perusahaan dibandingkan jumlah perusahaan yang dilayaninya sampai akhir 2014 lalu.
“Selain itu kami tengah berupaya mengubah
behaviour orang untuk lebih banyak membeli tiket melalui
e-commerce. Jadi kami sedang siapkan
platform e-commerce yang lebih
user friendly jadi informasinya lebih lengkap, pertanyaannya dengan mudah dijawab, ada interaktif dengan pelanggan,” terangnya. Dia berharap, setelah sistem
e-commerce Garuda lebih baik, pelanggan dapat lebih nyaman dalam melakukan transaksi.
Masih MerugiSelama Januari-September 2014, Garuda mengalami kerugian sebesar US$ 219,54 juta atau setara Rp 2,76 triliun jika dihitung menggunakan kurs Rp 12.613 per dolar. Angka tersebut membengkak 1.362 persen dibandingkan jumlah kerugian periode yang sama di 2013 sebesar US$ 15,01 juta atau Rp 189,35 miliar.
Teguh Hartanto, Analis PT Bahana Securities dalam risetnya memperkirakan Garuda masih sulit keluar dari tekanan krisis keuangan sepanjang 2014 akibat kondisi ekonomi eksternal yang tidak mendukung.
“Kami perkirakan sepanjang 2014 kerugian Garuda bisa menembus US$ 207 juta, lebih rendah dibandingkan perkiraan semula sebesar US$ 132 juta,” kata Teguh.
Menurutnya, pemicu tingginya kerugian Garuda sepanjang 2014 karena pencapaian di kuartal keempat diprediksi tak sesuai target. “Garuda diprediksi bisa untung pada 2015 sebesar US$ 88 juta jika berhasil melakukan sejumlah improvisasi,” ujarnya.
Beberapa strategi yang bisa dilakukan manajemen Garuda adalah memilih rute yang menguntungkan dan menghapus rute yang tidak memberikan keuntungan bagi perseroan. Selain itu upaya manajemen menaikkan seat load factor dengan mengurangi kursi kelas bisnis dan menambah kursi kelas ekonomi juga dinilainya sebagai langkah yang tepat.
Faktor lain yang bisa memicu kinerja Garuda menurutnya adalah kebijakan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang merevisi aturan tarif batas harga tiket maskapai penerbangan diperkirakan akan menguntungkan anak usaha Garuda di segmen low cost carrier, PT Citilink Indonesia.
“Karena dengan struktur tarif yang baru, harga terendah tiket yang boleh dijual naik dari sebelumnya minimal 30 persen dari tarif batas atas menjadi 40 persen,” ujarnya.
Teguh mencatat saat ini Citilink memberikan revenue passenger kilometers (RPK) tertinggi bagi penerbangan domestik Garuda Indonesia Group. RPK merupakan jumlah jarak tempuh yang dilayani maskapai penerbangan dikalikan pendapatan dari jumlah penumpang yang berhasil diterbangkan.
Di kuartal III 2014, Citilink berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 3,8 juta atau setara Rp 45,98 miliar. Tetapi, di sembilan bulan terakhir 2014, Citilink mengalami kerugian US$ 12,13 juta.
(gen)