Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pindad (Persero) memasang target penjualan konsolidasi sebesar Rp 2,5 triliun sepanjang 2015, angka ini naik 23,15 persen dibandingkan target penjualan tahun lalu sebesar Rp 2,03 triliun. Naiknya target penjualan tersebut tidak lepas dari disepakatinya penyertaan modal negara (PMN) dalam APBNP 2015 sebesar Rp 700 miliar yang akan meningkatkan kapasitas produksi Pindad.
Silmy Karim, Direktur Utama Pindad mengungkapkan target penjualan tersebut ditetapkan dalam rapat kerja yang diselenggarakan pekan lalu di kantor pusat Pindad di Bandung, Jawa Barat. Silmy menjelaskan, target itu terdiri dari penjualan berbagai produk alat tempur dan persenjataan yang dihasilkan perseroan yaitu:
1. Divisi senjata Rp 379,1 miliar,
2. Divisi amunisi Rp 1,01 triliun,
3. Divisi kendaraan khusus Rp 546,9 miliar,
4. Divisi tempa dan cor Rp 239,7 miliar,
5. Divisi mesin industri Rp 196,6 miliar,
6. Divisi bahan peledak komersial Rp 87,2 miliar, dan
7. PT CMPI, anak perusahaan sebesar Rp 42,1 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Target tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun lalu, namun tetap memerlukan kerja keras dan konsistensi seluruh karyawan,” ujar Silmy dikutip dari laman Pindad, Senin (16/2).
Kontribusi PMN
Silmy menjelaskan, peningkatan target penjualan Pindad tahun ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan senjata oleh Kementerian Pertahanan untuk keperluan TNI dan Polri sejalan dengan disetujuinya PMN sebesar Rp 700 miliar dalam APBNP 2015.
Dia mencatat, pada 2015 Kementerian Pertahanan meningkatkan pembelian senjata hingga 40 persen. “Kami siap memenuhinya dengan terus meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi senjata dan amunisi," kata Silmy.
Mantan Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini mengatakan Pindad telah menyiapkan alokasi penggunaan PMN untuk beberapa divisi produksi. Pertama untuk perbaikan lini produksi alutsista sebesar Rp 593,5 miliar, yang meliputi pengembangan lini amunisi kaliber besar dan roket, lini produksi tank dan kendaraan tempur, amunisi kaliber kecil senjata laras panjang dan laras pendek.
Selanjutnya pengembangan bisnis produk industrial untuk mendukung proros maritim menghabiskan dana Rp 66,5 miliar, meliputi bisnis peledak, bisnis sarana dan pertahanan transportasi.
Sedangkan sebesar Rp 25 miliar dialokasikan untuk pengembangan fasilitas produk dan proses "learning center", serta pengembangan kompetensi sumber daya manusia sebesar Rp 15 miliar.
(gen)