Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan kenaikan harga beras saat ini terjadi karena permasalahan rantai pasok, bukan akibat spekulasi para mafia beras. Dia justru menantang para spekulan untuk menimbun beras di tengah upaya pemerintah menambah pasokan komoditas pangan utama itu.
"ini urusannya suplai, bukan mafia beras. Mafia itu mempermainkan harga. Silakan saja timbun beras, besok kami tambah, turun harga, kalian rugi," ujar Wapres di Jakarta, Selasa (24/2).
Menurutnya, pemerintah akan menambah pasokan beras ke pasar domestik sekitar 300 ribu ton hingga 500 ribu ton pada bulan ini. Pasokan berpotensi ditambah lebih banyak lagi jika aksi spekulasi penimbunan beras terjadi lebih besar.
"Orang timbun sedikit, kami tambah 300-500 (ribu ton) ke pasar bulan ini. Habislah itu yang nimbun beras. Timbun saja, mau sejuta (ton), besok kami kasih 2 juta (ton)," tutur JK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jusuf Kalla memastikan stok beras di gudang Perum Bulog masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yakni sebanyak 1,4 juta ton. Angka tersebut belum memperhitungkan persediaan di tingkat pedagang dan distributor.
"Jadi tidak perlu impor pada dewasa ini karena bulan depan sudah panen besar. Kalau impor pada bulan panen kasian petaninya," ujar Wapres.
JK mengatakan menjadi dilematis jika melihat perkembangan harga beras. Di satu sisi kenaikan harga beras memukul mayoritas masyarakat di perkotaan, di sisi lain jika harganya ditekan justru berdampak pada ekonomi petani kecil.
"Kalau harga karet naik semua pada ketawa, hore. Tapi kalau harga beras naik, marah semua orang. Bagaimana petani kasian, harus ditengah-tengahnya lah. Tidak kemahalan, tidak kerendahan juga," tuturnya.
Wapres menambahkan penambahan stok beras akan dilakukan bertahap dengan memperhitungkan potensi panen raya pada April. Intinya, kata JK, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan beras karena pasokannya cukup aman.
"April-Mei itu panen raya. Itu Bulog bisa punya cadangan lagi 3 juta ton pada Mei yang akan datang," tuturnya.
Bulog, lanjut JK, menerapkan strategi beli saat harga beras turun dan baru melepasnya ke pasar ketika harga naik. "Jadi pada saat harga naik, harus jual stoknya. Begitu teorinya, karena saya bekas Kepala Bulog jadi paham," tuturnya.
(ags/gen)