Jakarta, CNN Indonesia -- Wacana pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) di dekat stasiun kereta rel listrik (KRL) oleh Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) diyakini tidak akan mudah menarik minat penumpang KRL untuk membeli.
Beberapa penumpang KRL yang ditemui CNN Indonesia mengaku tidak tertarik untuk membeli rusunami yang rencananya akan dibangun dekat dengan 20 stasiun KRL di wilayah Jabodetabek mulai tahun ini, meskipun mereka menggunakan moda transportasi KRL setiap hari.
“Sepertinya salah jika membuat rusunami, kan kebanyakan yang memakai
commuter line secara rutin itu pegawai kantoran, yang bukan sasaran utama rusunami," jelas Luthfi (25), pengguna KRL rute Cilebut-Tebet, Rabu (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luthfi mengaku tidak tertarik untuk membeli satu unit rusunami jika memang akan dibangun di dekat stasiun keberangkatan maupun tujuan dari rute yang biasanya dia lewati.
"Masalahnya adalah gengsi. Bagi yang sudah berpenghasilan lumayan kan agak malu juga kalau tinggal di rusunami. Lebih baik menyicil rumah saja di tempat lain yang lebih nyaman," tambahnya.
Pria yang berprofesi sebagai pegawai perusahaan IT ini menambahkan, pembangunan apartemen akan lebih menarik minat pengguna
commuter line dibanding rusunami karena dianggap sesuai dengan sasaran mayoritas pengguna jasa tersebut.
"Jadi lebih baik para pengembangnya memperhatikan target sasaran proyeknya juga. Selain itu
commuter line juga harus siap tambah armada, karena kan kalau dibangun rusunami dekat stasiun kemungkinan juga terdapat penambahan penumpang," tuturnya.
Tidak NyamanSelain Luthfi, Nisa (23) juga mengatakan tak tertarik untuk membeli unit rusunami dengan alasan kenyamanan. Dia mengatakan, rumah yang dimilikinya sekarang sudah cukup nyaman sehingga tak membutuhkan tempat tinggal dekat stasiun meskipun jarak antara rumahnya dengan stasiun terbilang cukup jauh.
"Rumah saya sudah cukup nyaman. Kalaupun nanti berkeluarga, saya tidak ingin tinggal di rusunami karena melihat kondisi lingkungan sekitar rusunami tersebut," jelas wanita yang berprofesi sebagai pegawai perusahaan swasta tersebut.
Wanita yang sering menggunakan commuter line dengan rute Bekasi-Gondangdia ini menambahkan, dirinya mungkin mau tinggal di rusunami jika sifatnya sementara. Namun, menolak jika harus terus menetap di rumah bertumpuk vertikal tersebut.
Nisa mengaku belum pernah mendengar rencana pembangunan 20 proyek rusunami di dekat stasiun dalam waktu dekat. Meskipun begitu, dia menganggap bahwa rencana ini merupakan hal yang baik terutama bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan jasa
commuter line setiap harinya.
"Kalau buat orang yang antara tempat tinggal dengan tempat kerjanya jauh mungkin sangat tertarik agar lebih efisien. Tapi dipikirkan juga lahannya mau dibangun dimana, jangan asal bangun main gusur sana-sini," tambahnya.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, Direktur Utama Perum Perumnas, Himawan Arief Sugito mengatakan bahwa pembangunan ini akan dilakukan di lahan parkir dekat Stasiun Tanjung Barat dengan luas lahan sebesar 1,1 hektar. Di atas lahan tersebut, rencananya akan dibangun dua menara rusunami dimana setiap menaranya memiliki ketinggian mencapai 16 lantai dengan 500 unit hunian.
(gen)