Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan kelangkaan gas elpiji 3 kilogram yang belakangan terjadi hanya bersifat kasuistik. Kementerian itu ternyata sudah mendata di mana saja yang sulit mendapatkan gas itu.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), IGN Wiratmaja Puja mengatakan kesulitan untuk mendapatkan gas bertabung hijau tersebut terjadi di sembilan wilayah.
"Kesulitan elpiji memang ada di Binjai, Sumedang, Subang, Depok, Bogor, Jepara, Tebing Tinggi, Bekasi dan Karet di Jakarta,” tuturnya di Jakarta, Kamis (26/2) malam. “Tapi setelah kami cek tidak langka juga, yang benar itu sulit mendapatkan karena harganya dinaikkan.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menyiasati hal tersebut pemerintah dan PT Pertamina (Persero) telah membentuk tim reaksi cepat atau quick respons team di daerah-daerah tersebut. Tim itu akan mengevaluasi potensi kelangkaan hingga memasok tambahan gas elpiji jika menemui daerah yang kekurangan pasokan.
"Sehari setelah mendapatkan informasi kelangkaan kami langsung bergerak cepat. Pertama menambah pasokan ke beberapa wilayah dan melakukan operasi pasar di sejumlah tempat," tuturnya.
Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan, pihaknya pun telah memutus kontrak kerjasama hubungan usaha (Pemutusahan Hubungan Usaha/PHU) 10 distributor atau pangkalan gas yang kedapatan menimbun sekaligus menaikkan harga jual gas elpiji.
Selain itu, perusahaan migas pelat merah tersebut juga telah memberikan surat peringatan kepada sedikitnya enam agen yang dinilai memiliki andil terkait fenomena kelangkaan.
"Pangkalan yg di PHU itu sudah sepuluh. Sebanyak enam di Bogor dan empat di Jakarta. Sedangkan agen yang kena SP (Surat Peringatan) sudah enam,” kata Bambang.
(ded/ded)