Jakarta, CNN Indonesia --
Produsen komponen otomotif, PT Denso Indonesia berencana meresmikan pabrik ketiganya April 2015 mendatang. Dengan adanya peresmian pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri MM 2000, Cikarang, Bekasi tersebut, diharapkan perseroan dapat memenuhi permintaan komponen mobil domestik, khususnya produk busi."Kita akan resmikan pabrik baru yang sudah dibangun sejak November 2012 dan selesai Januari 2014. Sebenarnya pabrik sendiri sudah operasikan pabrik ini sejak bulan Februari kemarin," ujar Direktur PT Denso Indonesia, A. Hartoyo ketika ditemui di Kementerian Perindustrian, Jumat (6/3).Hartoyo menerangkan, pabrik yang memiliki luas 20 hektar itu sedianya dioperasikan untuk memproduksi 10 macam komponen otomotif meliputi busi, alternator, starter, engine control unit, dan speed control. Ia mengungkapkan selain memenuhi kebutuhan domestik, produk-produk dari pabrik ini nantinya juga akan diekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Dimana kawasan yang disasar untuk kegiatan ekspor komponen meliputi Eropa, Asia, dan beberapa kawasan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari hal tersebut, Hartoyo bilang, pihaknya menargetkan 30 persen dari total produksi pabrik dialokasikan untuk pasar ekspor. "Meskipun kita menargetkan ekspor, kita juga memperkuat penyerapan dalam negeri. Selama ini serapan hasil produksi penyejuk udara kita mencapai 90 persen untuk industri mobil lokal, semoga yang lain menyusul," terang Hartoyo.Menurut keterangan Hartoyo, pabrik ketiga Denso Indonesia diklaim mampu produksi busi sampai tujuh ribu unit. Untuk memaksimalkan kapasitas produksi, manejemen pun masih terus melakukan revitalitasi dan penyempurnaan pabrik secara bertahap hingga tiga tahun mendatang. Diharapkan, pabrik yang menelan dana investasi mencapai Rp 1,4 triliun bisa rampung pada 2018.
"Diharapkan investasi ini semua terserap di tahun 2018. Karena hingga 2016 pabrik ini baru menyerap investasi sekitar Rp 500 - 600 miliar atau sekitar 35,71 sampai 42,86 persen dari total nilainya," pungkas Hartoyo.
(dim/ags)