Menteri Jonan Ancam Tutup Badan Penelitian Transportasi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 09 Mar 2015 15:23 WIB
Setiap tahun pemerintah mengalokasikan dana Rp 200 miliar untuk biaya operasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan.
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk dapat memberi kontribusi lebih banyak pada pengembangan transportasi di Indonesia. Jika tidak, mantan bos PT Kereta Api Indonesia (Persero) tersebut mengancam akan membubarkan instansi yang saat ini dipimpin oleh Elly Adriani Sinaga tersebut.

“Balitbang harus ada hasilnya atau saya bubarkan. Saya tidak mau buang uang kalau lima tahun di sini, namun alokasi dana untuk Balitbang sebesar Rp 1 triliun tidak ada hasilnya apa-apa,” kata Jonan saat membuka Rapat Koordinasi Teknis Penelitian dan Pengembangan Perhubungan 2015 di Kemenhub, Jakarta, Senin (9/3).

Jonan mengatakan alokasi anggaran untuk Balitbang sekitar Rp 200 miliar per tahun seharusnya bisa digunakan untuk mengkaji ulang seluruh kegiatan investasi yang dilakukan oleh Kemenhub sehingga bisa lebih produktif. Dia mencontohkan, masalah akses jalan ke Pelabuhan Sofifi, Maluku Utara yang dianggap masih kurang baik meskipun tergolong pelabuhan besar. “Akses jalan masuknya seperti jalan di kampung-kampung,” kata Jonan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Jonan juga meminta Balitbang untuk terus bekerjasama dengan lembaga penelitian lain dan melakukan review terhadap dana dan profesional yang ditugaskan dari bantuan luar negeri.

“Saya mau profesional itu harus pernah di sektor riil atau pernah mengerjakan sesuatu secara riil. Kalau hanya sebagai peneliti, tidak usah dikembalikan saja,” ujar Jonan.

Kredit Nilai Peneliti

Dalam kesempatan yang sama Jonan juga menyindir mekanisme pemberian nilai kredit (credit point) bagi peneliti di Indonesia. Selama ini, Balitbang bertugas untuk melakukan kajian terhadap masalah sektor transportasi salah satunya melalui kerjasama dengan para peneliti di berbagai perguruan tinggi.

“Sistem mekanisme penilaian peneliti di republik ini aneh. Orang ini kalau meneliti hasilnya dipakai atau tidak dapat kredit point, penerbang saya yang terbang ribuan jam itu tidak bisa dapat credit point,” kata Jonan.

Jonan berharap hasil penelitian yang dihasilkan oleh peneliti dapat bermanfaat langsung bagi masyarakat tidak hanya sekadar mengejar credit point.

“Tolong kalau sekolahnya tinggi itu manfaatnya untuk masyarakat lebih tinggi dari saya yang tidak sekolah. Kalau manfaatnya kurang dari saya buang saja ijazahnya,” ujar Jonan. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER