Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menjelaskan kebijakan moneter ketat yang diambil oleh bank sentral saat ini telah mempertimbangkan berbagai indikator makroekonomi, tak terkecuali pergerakan rupiah. Otoritas moneter masih akan mempertahankan kebijakan itu sampai inflasi dan neraca transaksi berjalan membaik.
"Kami ingin sampaikan bahwa kondisi (moneter) ketat yang sekarang ada, itu belum (akan) dilonggarkan apabila inflasi dan perkembangan (neraca) transaksi berjalan tidak mengarah ke kondisi yang baik," ujar Agus di Kantor Kepresidenan, Rabu (11/3) malam.
Mantan Menteri Keuangan itu mengklaim fundamental ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara berkembang lain. Hal itu tercermin dari aliran modal asing yang masuk ke Tanah Air, terutama ke pasar obligasi negara.
"Pada tahun 2014, dana yang mengalir masuk ke Indonesia, untuk modal asing ke pasar surat berharga, itu sampai awal Maret itu ada Rp 47 trilun," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BI mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah melemah 5,7 persen sejak awal Januari hingga saat ini. Pelemahan tersebut lebih baik dibandingkan kejatuhan mata uang negara berkembang lain, seperti Brazil, India, dan Afrika Selatan.
"Year to date sampai Maret ini itu rupiah terdepresiasi 57 persen, tapi itu India (negatif) 16 persen dan Turki (minus) 17 persen, dan negara-negara Asean perkembangan pelemahan nilai tukar kita juga tidak lebih buruk dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia atau Singapura," jelasnya.
Agus melihat laju inflasi sudah pada jalur yang melandai dan diyakini akan mendekati 4 persen pada 2016.
(ags)