Jakarta, CNN Indonesia -- Depresisi rupiah semakin dalam setelah pada perdagangan hari ini, Rabu (11/3), rupiah ditutup turun 105 poin di level Rp 13.164 per dolar Amerika Serikat (kurs tengah Bank Indonesia). Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, meyakini dampaknya positif bagi industri nasional yang berorientasi ekspor dan sebaliknya negatif bagi importir penjaja produk asing.
"Untuk industri yang impor bahan baku untuk (produksi barang) ekspor, (dampak pelemahan rupiah) itu netral karena mereka mengekspor dengan rupiah yang lebih mahal. Memang industri yang impor untuk kemudian dijual dalam rupiah, memang itu saya yakin mereka mengalami sedikit kesulitan karena bahan bakunya menjadi lebih mahal," jelasnya di kantor Kepresidenan, Rabu (11/3).
Sofyan mengatakan pelemahan kurs merupakan fenomena global yang bermuara dari pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Karenanya, kejatuhan nilai mata uang tidak hanya terjadi pada rupiah, tetapi juga mayoritas mata uang negara di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ada yang namanya berdampak negatif, netral dan positif," jelas Sofyan.
Bagi industri dalam negeri yang menggunakan bahan baku domestik, kata Sofyan, penguatan dolar AS justru berdampak positif. Sebab, produsen tidak menggunakan valas dalam komponen biayanya, sedangkan produk yang diekspornya akan mendatangkan dolar. "Jadi yang impor untuk pasar domestik itu yang terpengaruh," tuturnya.
Sofyan Djalil mengibaratkan gejolak kurs saat ini fenomena dengan ombak laut yang sedang bergerak searah ke Amerika Serikat. Wacana Bank Sentral AS menaikan suku bunga acuan (The Federal Rate) seiring dengan pemulihan ekonomi Negeri paman Sam menjadi magnet yang menyerap dolar yang terparkir di banyak negara.
"Nanti begitu pemerintah Amerika sudah menetapkan
policy tentang penyesuaian federal rate itu akan ada keseimbangan baru dan investasi akan kembali lagi," tuturnya.
Untuk itu, Menteri Sofyan mengingatkan rakyat Indonesia untuk mulai terbiasa hidup di tengah iklim keterbukaan ekonomi global. "Tapi ini akan kembali (normal), tidak usah khawatir. Yang penting masyarakat jangan panik.," tuturnya.
Paket KebijakanSofyan menambahkan dampak depresiasi kurs tidak bisa digeneralisasi dan harus dilihat secara kasus per kasus. Untuk itu, pemerintah tengah merumuskan paket kebijakan untuk mengatasi permasalahan ekonomi makro yang cukup kompleks.
"Kami sedang menggodok sebuah paket yang lengkap melihat satu per satu dan kita perlu komunikasi dengan industri apa masalah yang dihadapi," tuturnya.
Sayangnya, Sofyan Djalil tidak merinci arah paket kebijakan yang dimaksud.
(ags)