Pemerintah Wajibkan Pencampuran 15 Persen BBN Tahun Ini

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 16 Mar 2015 15:28 WIB
Peningkatan penggunaan biofuel menjadi 15 persen mandatori diyakini bisa menghemat devisa US$ 1,3 miliar akibat berkurangnya impor BBM.
Menteri ESDM Sudirman Said. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Energi (ESDM) berencana meningkatkan porsi penggunaan bahan bakar nabati (BBN/bio fuel) sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) menjadi 15 persen tahun ini. Kebijakan tersebut diharapkan bisa mengurangi impor minyak mentah Indonesia sehingga bisa menghemat devisa.

"Tadi secara khusus saya laporkan bahwa ESDM siap untuk meningkatkan porsi biofuel dari 10 persen bertahap menjadi 20 persen. Tahun ini mungkin 15 persen dulu,” kata Menteri ESDM Sudirman Said usai menghadiri rapat koordinasi di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Senin (16/3).

Sudirman menghitung, peningkatan porsi biofuel menjadi 15 persen akan berdampak pada penghematan devisa sebesar US$ 1,3 miliar tahun ini akibat berkurangnya impor BBM. Selain itu, kebijakan mandatori tersebut diperkirakan mampu menyerap permintaan minyak kelapa sawit mentah sebesar 3 juta sampai 3,5 juta kilo liter (kl) tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan peningkatan porsi biofuel akan segera berlaku setelah pemerintah menetapkan revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga BBN sebagai Bahan Bakar Lain.

"Drafnya sudah kami siapkan. Jadi mungkin nanti sepekan paling lama (revisi peraturan baru sudah ditetapkan)," tutur Sudirman.

Selanjutnya, pemerintah juga akan berkoordinasi dengan pelaku usaha pemasok biofuel terkait persiapan pemenuhan kebutuhan tersebut.

Sebelumnya Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM tengah fokus untuk bisa merealisasikan kebijakan mandatori BBN mulai 2016 sebesar 20 persen.

Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana mengatakan produksi minyak Indonesia sudah tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan dalam negeri. Pada 2015, pemerintah menargetkan produksi siap jual (lifting) minyak Indonesia sekitar 825 ribu barel per hari (BPH) sedangkan kebutuhannya diprediksi mencapai 1,6 juta BPH.

“Sehingga Indonesia harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan BBM-nya. Salah satu solusi untuk mengurangi impor minyak adalah dengan memanfaatkan BBN seperti biodiesel sebagai pengganti BBM,” ujar Rida beberapa waktu lalu.

Dia mengakui ada banyak tantangan dalam merealisasikan mandatori BBN tersebut. Namun, Kementerian ESDM menurutnya telah berusaha meningkatkan subsidi biodiesel menjadi Rp 4 ribu per liter dalam APBNP 2015 dari sebelumnya hanya sebesar Rp 3 ribu per liter.

“Subsidi itu untuk mengatasi dampak penurunan harga minyak internasional yang berimbas pada penurunan daya kompetitif harga biodiesel terhadap solar. Kami juga tengah bekerjasama dengan BPPT, PT Pertamina (Persero), Aprobi, Gaikindo, Hino, IKABI dan Hinabi untuk melaksanakan kajian penggunaan biodiesel pada kendaraan bermotor dan alat berat,” ujar Rida.

Paket Kebijakan

Kebijakan peningkatan penggunaan BBN dalam campuran BBM merupakan bagian dari delapan paket kebijakan penyelamatan rupiah yang diumumkan pemerintah akhir pekan lalu. Dengan menambah porsi BBN, pemerintah berharap impor minyak mentah atau BBM bisa dikurangi sehingga bisa mengurangi jumlah dolar yang dibelanjakan ke luar negeri sekaligus menghemat devisa.

(Baca juga: Rupiah Jeblok, Pemerintah Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi) (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER