Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa (10 /03/2015) pagi turun lima poin dari posisi terakhir kemarin ke level Rp13.030 per dolar AS. CNN Indonesia/Safir Makki
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terus menunjukan pelemahan seiring kian dekatnya hasil rapat rutin Bank Sentral, The Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar sejak Rabu (18/3). Dari perdagangannya hari ini di pasar spot, nilai tukar USD terhadap mata uang Uni Eropa, Euro (EUR) mengalami penurunan 0,22 persen ke level 0,94 dibandingkan pada posisi pembukaan.
Hal yang sama juga terjadi dengan nilai tukar mata uang Jepang yakni Yen, dimana USD melemah 0,4 persen ke posisi 120,88. Sementara dengan mata uang Swiss France (CHF), USD diketahui anjlok 0,90 persen menjadi 0,9972.
Sejumlah analis melihat, sentimen yang menjadikan pelemahan USD terhadap Euro juga tak lepas dari adanya pertumbuhan kondisi ekonomi Jerman pada Maret 2015 yang berada pada level tertinggi sejak 13 bulan silam. Pusat Riset Ekonomi Eropa, ZEW mencatat bulan ini indeks sentimen ekonomi Jerman mengalami penaikan ke level 54,8 atau meningkat 1,8 dibandingkan posisi bulan lalu di level 53,0.
Disamping itu, faktor tingkat inflasi kawasan eropa yang turun 0,3 persen bulan lalu juga diyakini akan menjadi katalis positif terhadap pertumubuhan ekonomi Jerman dan beberapa negara Uni Eropa lain. Selain tiga mata uang tadi, pelemahan USD pun terjadi terhadap Dolar Australia. Di pasar spot, nilai tukar USD dengan AUD berada di posisi 1.3051 atau turun 0,59 dari posisi sebelumnya di 1.3128. Akan tetapi, USD diketahui mengalami penguatan terhadap Pounsterling yang saat ini berada di level 0.6800, meningkat 0,29 persen.
Disinyalir kuat, penguatan tersebut terjadi pasca Kantor Statistik Nasional Inggris merilis tingkat angka pengangguran negaranya tak mengalami perubahan karena masih berada di level 5,7 persen dalam tiga bulan dari Januari. Padahal sebelumnya, beberapa pihak berekspetasi angka tersebut menurun tipis ke 5,6 persen.