Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Pembangunan Asia (ADB) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,5 persen pada tahun ini. Meskipun naik dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi 2014 yang sebesar 5,1 persen, namun ramalan ADB tersebut masih dibawah target yang dicantumkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 di angka 5,7 persen.
ADB menyebut, baru pada 2016 Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen. Namun angka itu hanya bisa tercapai jika pemerintah berperan lebih besar dalam meningkatkan investasi publik melalui optimalisaai belanja modal negara.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan naik kembali dua tahun mendatang, apabila pemerintah yang baru dapat memanfaatkan momentum reformasi struktural seperti pengurangan subsidi bahan bakar," ujar Edimon Ginting, Deputy Country Director ADB Indonesia di Jakarta, Selasa (24/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berharap reformasi kebijakan untuk memperbaiki iklim investasi dapat dilanjutkan oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Antara lain dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, mengurangi biaya logistik, dan memperkuat proses implementasi anggaran.
"Terdapat sejumlah risiko, baik internal seperti pendapatan yang lebih rendah, dan eksternal seperti potensi melemahnya pertumbuhan mitra perdagangan utama serta kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Namun pemerintah telah memiliki berbagai persiapan untuk mengelola risiko tersebut," jelasnya.
Pangkas SubsidiEdimon menjelaskan salah satu pendorong pertumbuhan utama yang diharapkan adalah pengurangan subsidi bahan bakar pada November lalu. Kebijakan pemangkasan subsidi dinilai ADB sangat positif dalam memperbaiki fiskal dan menciptakan sumber daya yang besar untuk dialokasikan ke kegiatan produktif seperti infrastruktur dan sosial.
Penghematan yang dihasilkan, lanjut Edimon, memungkinkan pemerintah untuk menambah alokasi belanja modal 2015 hingga dua kali lipat. Selain itu, pemerintah juga dapat meningkatkan belanja program pendidikan dan kesehatan, serta menurunkan target defisit fiskal menjadi 1,9 persen dari PDB.
(gen)