Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah warga DKI Jakarta meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk tidak menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di atas Rp 500 per liter menjadi Rp 7.300 per liter. Harapan ini dilontrakan demi menyiasati kenaikan harga barang-barang menyusul penaikan harga jual BBM.
"Soalnya ketika harga BBM naik, harga barang-barang kebutuhan juga naik. Bahkan
nggak jarang kalau BBM naik sedikit, harga beras, cabai dan lain-lain naiknya
cepet tinggi banget," ujar Rohmayati (42) warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (24/3).
Meski begitu, Rohmayati menolerir jika pada akhirnya pemerintah menaikan harga BBM menyusul pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ia pun berharap berharap keputusan pemerintah menaikan harga jual BBM juga dibarengi dengan pemantauan harga barang-barang konsumsi di pasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memang
nggak ngerti hitung-hitungannya (depresiasi Rupiah) tapi kalau bisa jangan diatas
gopek-lah. Yang penting itu ketika BBM turun lagi, harga-harga barang juga harus
cepet turun juga
dong. Harus dikendalikan," cetusnya.
Hal senada juga diungkapkan Ginanjar (29), Warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Pedagang pakaian ini mengatakan, penaikan harga BBM diyakini akan meningkatkan biaya distribusi.
"Kalau dalam partai (jumlah) yang besar memang
nggak kerasa. Tapi kalau untuk pakaian yang harus dikirim terpisah atau kodian biasanya ada tambahan sana-sini. Alasannya sih lagi-lagi karena harga BBM Naik," tuturnya.
Sebelumnya,
Kepala ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan menyatakan kenaikan harga jual BBM yang saat ini berada di level Rp 6.600 per liter untuk wilayah di luar pulau Jawa dan Rp 6.700 per liter untuk kawasan Jawa-Madura merupakan langkah yang wajar di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)."Katakanlah naik sedikit Rp 500 per liter jadi Rp 7.200 per liter atau Rp 7.300 per liter. Walaupun belum ditentukan besarannya oleh pemerintah tapi saya pikir tidak akan memberikan efek langsung yang besar pada inflasi. Begitupun dengan (efek) yang tidak langsung," ujar Anton kepada CNN Indonesia, Selasa (24/3). (dim/gen)