Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil optimistis, naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar masing-masing sebesar Rp 500 per liter tidak akan berpengaruh banyak pada inflasi. Terhitung mulai Sabtu (28/3), pemerintah telah menaikkan harga premium dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.300 per liter dan solar dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900 per liter.
“Harga BBM bisa sewaktu-waktu naik, bisa juga turun bagian dari komitmen pemerintah yang tidak lagi memberikan subsidi pada BBM jenis premium dan solar yang mendapat subsidi tetap Rp 1.000 per liter,” ujar Sofyan di Tiongkok pekan lalu, dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Senin (30/3).
Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu meyakini, dengan model penetapan harga BBM mengikuti harga pasar seperti ini membuat inflasi akan lebih terkontrol dan kenaikannnya tidak signifikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Lain halnya kalau dulu, karena ditahan terlalu lama, begitu dilepas naiknya Rp 2 ribu. Itu langsung memberi implikasi inflasi,” kata Sofyan.
Harga Minyak dan Rupiah
Mengomentari alasan naiknya harga BBM pada akhir pekan lalu, Sofyan menjelaskan faktor pendorong utamanya ada dua yaitu harga minyak dunia yang mulai naik serta melemahnya nilai tukar rupiah.
Namun Sofyan membantah jika pemerintah melepas seluruhnya penentuan harga BBM ke mekanisme pasar. Sebab menurutnya pemerintah masih menetapkan harga dengan basis harga keekonomian. Dia mencontohkan di Eropa ketika harga minyak dunia turun, pemerintahnya tidak ikut menurunkan harga BBM sehingga mendapatkan banyak pajak dari BBM.
“Dulu diumumkan secara resmi oleh Presiden karena pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan subsidi, tetapi kali ini karena sudah merupakan keputusan, jadi cukup diumumkan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM,” jelas Sofyan.
(gen)