Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) optimistis proyek pembangunan pipa gas yang menghubungkan daerah Cirebon hingga Semarang bisa beroperasi pada 2019. Proyek sepanjang 270 kilometer (km) itu saat ini memasuki tahap persiapan pembangunan (
groundbreaking) yang eksekusinya dimulai pada awal semester II 2015.
"Proyek ini sempat mangkrak sekitar delapan tahun. Rencananya Mei atau Juni ini bisa
groundbreaking dan selesai 2019 nanti," ujar Kepala BPH Migas, Andi Norsaman Sommeng di Jakarta, Selasa (7/4).
Andi mengungkapkan proyek pipa Cirebon-Semarang nantinya akan memperkuat jaringan pipa gas di pulau Jawa. Pasokan gas dari proyek tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gas PLN dan beberapa industri di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mendukung upaya tersebut, Andi mengatakan BPH Migas telah meminta PT Rekayasa Industri (Persero) dan PT Pertamina Gas (Pertagas) selaku rekanan menerapkan model
open access agar fasilitas pipa bisa dipakai oleh badan usaha lain.
Menurut Andi, sumber gas fasilitas ini diproyeksi berasal dari lapangan gas terdekat atau fasilitas pengolahan dan penyimpanan terapung gas (FSRU) yang ada di Lampung. "Kalau di Jawa Timur
over supply juga bisa dialirkan ke Jawa Tengah atau Jawa Barat melalui pipa ini. Lantaran pakai open access, pipa Cirebon-Semarang bisa dipakai oleh siapa saja dengan membayar toll fee," tuturnya.
Andi menambahkan BPH Migas rencananya akan mengenakan tambahan besaran toll fee untuk pipa Cirebon-Semarang. Sayangnya, Andi masih enggan membeberkan berapa besar kenakan toll fee yang akan dikenakan pada pipa tersebut.
"Sejauh ini masih pakai yang lama atau US$ 0,36 sen per mmsfd. Ke depan kita tentunya akan menaikan toll fee karena sudah banyak perubahan baik itu soal posisi rupiah hingga harga minyak dan gas," katanya.
(ags)