Tanpa Masa Transisi, Produksi Blok Mahakam Pasti Anjlok

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Kamis, 23 Apr 2015 15:32 WIB
Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana menyebut di industri migas tahap peralihan operator sebagai masa transisi merupakan hal yang sangat krusial.
Seorang pekerja mengalihkan aliran minyak dan gas melalui pipa yang terpasang di platform Central Processing Area (CPA) Lapangan Handil PT Total E&P Indonesia, di kawasan Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Kamis (13/11). (ANTARA FOTO/Hermanus Prihatna)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengkhawatirkan terjadinya penurunan produksi gas secara signifikan pada Blok Mahakam jika Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation tidak mengizinkan PT Pertamina (Persero) selaku calon operator mempelajari teknis operasional produksi sebelum kontrak habis pada 2017.

Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana menyebut, di industri migas tahap peralihan operator sebagai masa transisi merupakan hal yang sangat krusial bagi operator berikutnya untuk menjaga tingkat produksi. "Tanpa transisi, pasti turun produksinya dari produksi rata-rata saat ini," ujar Gde di Jakarta, Kamis (23/4).

Sebagai informasi, rata-rata angka produksi gas mahakam saat ini berada di kisaran 1.600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) sementara untuk jumlah produksi kondesat sebesar 60 ribu barel minyak ekuivalen per hari (BOEPD). Realisasi produksi itu tadi disumbang dari lima lapangan yaitu Tunu, Tambora, Peciko, Sisi Nubi dan South Mahakam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika tak ada masa transisi, Gde bilang produksi Blok Mahakam akan seperti blok West Madura Offshore (WMO) yang ketika itu Kodeco Energy sebagai operator WMO tidak mengizinkan PT Pertamina Hulu Energi sebagai operator pengganti untuk masuk ke WMO sebelum kontrak berakhir di 2011.


"Akibatnya produksi minyak WMO sempat turun sekitar 11 ribu barel per hari (BPH) atau 30-40 persen dari produksi rata-rata, ketika Kodeco menyerahkannya ke Pertamina," katanya.

Tidak diizinkannya Pertamina melakukan masa transisi saat itu kian diperparah melalui fakta bahwa Kodeco tidak melakukan investasi tambahan di WMO setelah tahu kontraknya tidak diperpanjang oleh pemerintah."Saat itu Kodeco tidak melakukan investasi lagi seperti work over dan sebagainya untuk menjaga produksi. Mereka hanya menampung berapa saja minyak yang keluar dari WMO," jelas Gde.

SKK Migas menurutnya, tidak bisa memberikan tindakan apapun atas keputusan manajemen Kodeco ketika itu. Sebab, setiap dolar Amerika Serikat (AS) yang dikeluarkan oleh Kodeco untuk menjaga produksi WMO tentu ada hitungan bisnisnya. "Mereka tentu berhitung, investasi yang dikeluarkan bisa kembali atau tidak di sisa masa kontrak. Itu sah saja," ujarnya.

Tanpa izin dari Kodeco sebagai operator WMO, Gde menyebut Pertamina tidak bisa ikut campur dalam urusan produksi blok tersebut. Hal serupa terjadi di Mahakam saat ini. Tanpa izin dan kesediaan dari Total sebagai operator, maka Pertamina tidak boleh melakukan tindakan apapun sampai kontrak Total dan Inpex di Mahakam selesai 2017 nanti.

"Sesuai kontrak, mereka tidak wajib membuka atau memberi informasi apapun. Kecuali Total melepas kepemilikannya atau secara sukarela memberikannya," katanya.

Stabilkan Produksi

Berdasarkan catatan, Pertamina Hulu Energi baru berhasil mengembalikan tingkat produksi WMO ke angka rata-rata setelah mengelola blok tersebut selama dua tahun sejak diserahkan oleh Kodeco pada 7 Mei 2011.

Ketika menerima WMO dari Kodeco, Pertamina mencatat rata-rata produksi minyaknya hanya 13 ribu BPH. Setelah dua tahun melakukan eksplorasi dan produksi dari tiga sumur baru yaitu PHE 38B-5, PHE 40A-5 dan PHE 40A-3 barulah Pertamina Hulu Energi bisa menambah produksi WMO menjadi 22.200 BPH.

"Itu kemudian disebut Pertamina sebagai keberhasilan meningkatkan produksi. Padahal kan hanya mengembalikan ke angka produksi awal Kodeco saja yang turun karena tidak melakukan apa-apa saat kontrak mau habis," kata Gde.
(dim/ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER