Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menutup April 2015 dengan rencana menerbitkan surat utang negara (SUN) senilai Rp 10 triliun. Empat SUN yang akan dilelang pekan depan yaitu Seri SPN12160204 (
reopening), FR0069 (
reopening) dan FR0071 (
reopening), dan FR0067 (
reopening).
Keterangan resmi dari Kementerian Keuangan selaku instansi yang menerbitkan SUN, lelang tersebut akan dilakukan pada Selasa (28/4). Pengumuman hasil lelang akan dilakukan pada hari yang sama, sementara penyelesaian kewajiban pemenang atau setelmen akan dilakukan Kamis (30/4).
“Lelang ini bersifat terbuka (
open auction) dengan metode harga beragam (
multiple price) yang akan dilakukan dengan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia,” bunyi keterangan tersebut, dikutip Minggu (26/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rinci, SUN seri SPN12160204 akan jatuh tempo pada 4 Februari 2016, pembayaran bunganya akan dilakukan secara diskonto. Seri FR0069 akan jatuh tempo pada 15 April 2019, menawarkan tingkat bunga tetap (
fixed rate) sebesar 7,875 persen.
Sementara, seri FR0071 yang akan jatuh tempo pada 15 Maret 2029 dan seri FR0067 yang akan jatuh tempo pada 15 Februari 2044 masing-masing menawarkan tingkat bunga tetap sebesar 9 persen dan 8,75 persen.
Sebagai informasi, realisasi penarikan utang dari pasar obligasi negara selama kuartal I 2015 sebesar Rp 144,39 triliun atau 48,5 persen dari yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP).
Melonjaknya penarikan utang nasional dalam tiga bulan terakhir ditanggapi santai oleh Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro. Menurutnya, hal itu wajar mengingat pemerintah sengaja menggenjot pembiayaan APBNP 2015 di awal tahun (
front loading strategy).
"Karena memang kami melakukan strategi
front loading," kata Bambang di sela acara World Economic Forum (WEF) di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (21/4).
Sementara itu, Bank Indonesia baru saja melaporkan lonjakan utang luar negeri per Februari 2015 sebesar 9,4 persen menjadi US$ 298,9 miliar jika dibandingkan dengan posisi Februari 2014.
Kendati realisasi belanja negara masih rendah, kata Bambang,
front loading strategy tetap diperlukan guna mengantisipasi pengetatan likuiditas global akibat rencana Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan.
(gen)